"Saya sekarang mulai mempersiapkan bagaimana supaya digital masuk desa," kata Mochtar saat menjadi pembicara seminar khusus 'strategi bisnis dalam menghadapi era ekonomi digital 2018' di RS Siloam Yogya, Selasa (15/5/2018) malam.
"Di situ lah mungkin dengan ekonomi digital ini akan bisa ikut atau peran serta di dalam (pengentasan) kemiskinan bangsa Indonesia. Saya mengajak semua pihak, marilah kita bersama-sama bekerjasama (agar ekonomi digital) masuk ke desa," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mendukung agar ekonomi digital masuk ke desa, Mochtar mengaku siap menjadi penjamin dalam sistem e-commerce. Seperti Jack Ma dengan Alibaba Group, yang merupakan perusahaan e-commerce terbesar di Tiongkok.
"Yang penting itu adalah mesti ada seorang yang menjamin, saya jamin. Jadi orang membeli (via e-commerce), dia berani bayar dulu. Kalau you tidak cocok (dengan barangnya) kirim kembali saya bayar, ini baru bisa," paparnya.
Mochtar melanjutkan, sebenarnya ekonomi digital adalah ekonomi kebersamaan. Oleh karena itu, ekonomi digital ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk pemerataan dan untuk mengangkat ekonomi pedesaan.
"Kita semuanya harus memikirkan, bagaimana memanfaatkan ekonomi digital ini," kata Mochtar
Alat pembayaran
Mochtar juga menjelaskan pentingnya alat pembayaran di dalam sistem perdagangan. Sebab, dalam sejarahnya terbukti suatu negara bisa menguasai negara lain dengan cara memonopoli alat pembayarannya.
"Pada abad ke-18 orang Inggris menemukan tenaga uap, dan akhirnya ada kereta api, ada kapal uap. Dan dengan kapal api itu orang Inggris dapat menjajah negara-negara di Afrika, di Amerika Selatan, Amerika Utara," jelas Mochtar
"Cara bagaimana orang Inggris itu menguasai begitu luas negara yang dijajah ini? Satu cara, yaitu alat pembayaran. Dengan poundsterling, Inggris ini akhirnya dia menjadi alat pembayaran internasional," lanjutnya.
Mochtar menerangkan, setelah perang dunia kedua negara-negara di Eropa dan Asia hancur. Akibatnya, negara-negara Eropa termasuk Inggris tidak bisa melanjutkan penjajahan di Afrika-Asia. Setelahnya, muncul kekuatan baru bernama Amerika Serikat.
"Amerika ini adalah menggunakan dolar, Amerika ini menggantikan poundsterling Inggris itu. Inilah (awal) kejayaannya Amerika ini," ungkapnya.
Menurutnya, beberapa upaya telah dilakukan sejumlah pihak agar tidak terlalu bergantung kepada US dolar sebagai alat pembayaran internasional. Salah satunya seperti yang dilakukan negara-negara yang tergabung dalam OPEC. Namun upaya tersebut gagal.
"OPEC mengajak Iran dan Rusia (untuk membendung penggunaan US dolar). Cara-caranya adalah menghapuskan uang US dolar menjadi patokan harga minyak. (OPEC) akan menggunakan satu alat pembayaran yang lain, pengganti dolar," ungkapnya.
Namun rencana tersebut membuat berang Amerika Serikat. Oleh sebab itu, Amerika Serikat dengan berbagai cara berupaya menggagalkan rencana tersebut.
"Maka Amerika dengan segala cara-cara menghantam negara Arab. Membikin negara Arab (yang mayoritas anggota OPEC) menjadi kacau seperti sekarang ini," tutur Mochtar. (hns/hns)