"Ukuran paling kecil Rp 40.000/ekor, paling gede ya Rp 90.000/ekor. Dari sebelum bulan puasa sudah Rp 90 ribu. Itu beratnya 1,3-1,5 kg," kata Raskul, pedagang ayam kampung ketika berbincang dengan detikFinance, Jakarta, Jumat (18/5/2018).
Dia mengatakan harga tersebut sudah berlaku setidaknya sejak 3 bulan belakangan. Sebelumnya dia menjual di Rp 80.000-85.000/ekor untuk ukuran ayam yang sama. Dia tidak membedakan antara harga ayam dalam kondisi hidup maupun sudah dibersihkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut info selengkapnya mengenai harga ayam kampung yang mahal.
Sebelum Puasa Harga Ayam Kampung Sudah Mahal
Foto: Trio Hamdani/detikFinance
|
"Ayam kampung paling murah Rp 40.000. Paling mahal Rp 90.000. Sudah naik sebulan yang lalu," kata Kodir, salah satu pedagang ayam kampung, saat berbincang dengan detikFinance, di Pasar Senen, Jakarta, Jumat (18/5/2018).
Pedagang lain bernama Raskul juga menjual ayam kampung seharga Rp 90.000/ekor, naik dari sebelumnya di kisaran Rp 80.000-Rp 85.000. Senada, Raskul mengatakan kenaikan harga ini sudah terjadi sejak sebelum puasa.
Bahkan, kata Raskul, kenaikan harga ayam kampung mulai 3 bulan.
"Naik sudah lama, dari 3 bulan. Jadi keadaan ayamnya memang lagi berkurang di peternak. Kalau berkurang otomatis harga naik. Dari sebelum bulan puasa sudah Rp 90.000, itu beratnya 1,3-1,5 kg," terang Raskul.
Gara-gara Ayam Kampung Mahal, Pembeli Berkurang
Foto: Trio Hamdani/detikFinance
|
"Pengaruh ke pembelinya. Jadi yang biasa beli lima jadi paling beli dua, beli satu. Abis sekarang semua mahal sih," katanya.
Dia mengatakan stok di peternak terbatas memicu lonjakan harga ayam kampung. Sebelumnya Raskul menjual ayam kampung di kisaran Rp 80.000-Rp 85.000/ekor.
"Jadi keadaan ayamnya memang lagi berkurang di peternak. Kalau berkurang otomatis harga naik. Sebelum naik, Rp 80.000-Rp 85.000," ujarnya.
Apa Kata Peternak Ayam Kampung?
Foto: Trio Hamdani/detikFinance
|
Nah, apa kata peternak tentang kenaikan harga ayam kampung?
"Pertama memang (ayam kampung) produk mahal. Kedua ditambah lagi masuk puasa. Ketiga demand dan supply belum seimbang. Permintaan terus meningkat, sementara produksi terbatas," ujar Ketua Umum Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Ade M. Zulkarnain kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (18/5/2018).
Namun, yang menjadi faktor utama mahalnya daging ayam kampung karena belum ada keseimbangan antara produksi yang dihasilkan peternak dengan kebutuhan yang diminta masyarakat. Bahkan dia memprediksi hingga 10 tahun ke depan, peternak masih kesulitan memenuhi permintaan.
Menurut Ade peternak masih sulit memenuhi permintaan lantaran belum banyak pelaku usaha di bidang tersebut.
"Usaha pembibitan masih terbatas karena secara genetik ayam kampung produksi telurnya rendah sehingga orang tak bergairah berternak ayam kampung, karena tak menguntungkan. Telurnya sedikit, potensinya belum terlihat luar biasa," kata Ade.
Ini Saran Buat Pemerintah Agar Harga Terjangkau
Foto: Trio Hamdani/detikFinance
|
"Usaha ternak ayam kampung dibatasi oleh daftar negatif investasi atau Peraturan Presiden 44/2016. Jadi di aturan itu dibatasi hanya boleh Rp 10 miliar modalnya. Orang gimana mau produksi jumlah besar, produktivitas telur saja rendah, ketika mau usaha besar besaran dibatasi," terangnya.
Agar harga ayam kampung terjangkau, Ade meminta peraturan tersebut dipertimbangkan kembali.
"Solusinya supaya ayam kampung produksinya makin banyak, harga tidak mahal, maka pemerintah secepatnya harus revisi peraturan tersebut atau mencabut ayam kampung dari daftar negatif investasi," tambahnya.
Halaman 2 dari 5