Riau Produksi Motor Merk Bima

Rp 8-9 Juta/Unit

Riau Produksi Motor Merk Bima

- detikFinance
Kamis, 14 Jul 2005 14:57 WIB
Pekanbaru - Di Provinsi Riau kini telah hadir sebuah home industry sepeda motor yang dibidani mahasiswa Universitas Negeri Riau (Unri) Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin. Sepeda motor 110 cc itu diberi nama Bima alias Bumi Melayu.Peluncuran perdana sepeda motor Bima ini merupakan kerjasama Unri dengan perusahaan asal Jepang, Car Muscat. Seluruh bahan sepada motor tersebut masih didatangkan dari Jepang. Hanya saja staf ahli perakitan dan tenaga kerjanya dari Riau sendiri."Target pertama kita yang akan direalisasikan adalah 30 persen penggunaan bahan-bahan baku dipenuhi dari dalam negeri, khususnya dari sekitar Riau," kata staf ahli bidang material Dedi Masnur kepada wartawan di Kampus Unri, Panam, Pekanbaru, Kamis (14/7/2005).Dalam produksi perdana ini, Dedi dkk hanya meluncurkan 120 sepada motor dengan harga kisaran Rp 8 juta sampai Rp 9 juta. Diharapkan hadirnya motor Bima ini akan mampu bersaing dengan kendaraan sejenis dari berbagai produsen asal Cina dan Jepang. Tahun kedua nanti Dedi berharap produsen spare part lokal mulai berani menonjolkan produknya dan secara perlahan mampu menggantikan spare part asal Jepang. "Untuk saat ini kita hanya ada satu produk asli buatan Riau yang telah dipergunakan dalam rakitan motor, yaitu muffler support atau penyangga knalpot," katanya.Dedi menjelaskan, perakitan motor didukung penuh oleh PT Pengembangan Investasi Riau (PIR). Selanjutya dari sana lahirlah PT Asia Rim Reliance yang berfungsi memasarkan produk sepeda motor Bima. Dalam kerja sama ini Car Muscat Co Ltd memiliki saham sebesar 75 persen, PT PIR 12,5 persen dan Unri 12,5 persen.Secara fisik, sepada motor Bima ini memiliki kapasitas bensin 4,2 liter dengan tampilan dilengkapi dengan velg racing dan berbagai warna. Hasil test drive sebelum peluncuran produk, Bima mampu menempuh perjalanan nonstop selama 50 kilometer tidak menyebabkan saluran pembuangan gas knalpot panas."Kita juga telah membentuk kerjasama dengan 20 bengkel di Pekanbaru untuk penyediaan fasilitas perbaikan, servis, serta spare part," kata Dedi.MubazirKendati tampilannya lumayan bagus, namun diperkirakan hadirnya Bima di tengah-tengah produksi otomotif yang sudah ada tidak bakal mampu bersaing. Malah proyek ini dinilai sebuah sia-sia belaka."Tanpa bermaksud mengecilkan buah karya anak bangsa kita sendiri, namun produksi Bima itu sebuah proyek mubazir. Cepat atau lambat home industry itu bakal gulung tikar," kata pengamat ekonomi Riau, Alfian Djoeremi kepada detikcom.Masih menurut Alfian, untuk saat ini masyarakat masih meyakini produksi Honda masih lebih unggul dibanding Suzuki dan Yamaha dan ketiga jenis sepeda motor ini secara nasional masih menguasai pasar.Motor Cina (mocin) di Indonesia juga hanya mampu bertahan di pasaran dalam waktu 3 tahun saja. Setelah itu, mocin mulai tidak diminati masyarakat."Apalagi produksi Bima dilahirkan dari sebuah kampus. Untuk menarik keyakinan konsumen bahwa hasil produksi Bima bisa mengimbangi otomotif yang sudah pastilah tidak mampu," analisisnya.Belum lagi harga perdana Bima mencapai Rp 9 juta/unit. Padahal harga produksi Honda saat ini ada yang hanya Rp 10 juta. Dari segi harga hanya ada selisih satu juta dengan produksi Honda."Itu artinya, masyarakat akan tetap menjatuhkan pilihannya kepada produksi sepeda motor yang telah punya nama," kata Alfian. (nrl/)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads