Serba-serbi Pembiayaan Pernikahan Pangeran Harry-Meghan

Serba-serbi Pembiayaan Pernikahan Pangeran Harry-Meghan

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Minggu, 20 Mei 2018 04:17 WIB
Serba-serbi Pembiayaan Pernikahan Pangeran Harry-Meghan
Foto: Pool (Youtube)

Sejumlah media lokal Inggris percaya bahwa pernikahan keluarga kerajaan, Pangeran Harry dan Meghan Markle bakal mendongkrak perekonomian negara hingga ratusan juga poundsterling. Penilaian itu dilihat dari menjamurnya berbagai souvenir bertemakan pernikahan Pangeran Harry dan Meghan yang laris manis dibeli pengunjung.

Namun berdasarkan pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa peristiwa atau kegiatan yang digelar oleh pihak kerajaan biasanya tidak menghasilkan bisnis yang besar, bahkan nyaris tak mendongkrak perekonomian dalam jumlah besar.

"Harus diingat bahwa sebagian belanja ritel mungkin beralih dari pengeluaran untuk barang-barang lainnya," kata Chief Economic Adviser to the EY ITEM Club, Howard Archer dikutip dari CCNMoney, Sabtu (19/5/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika sejarah berulang, Royal Wedding kali ini pun dinilai akan sulit mendongkrak ekonomi Inggris.

Menurut Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS), pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton pada 2011 tidak menghasilkan peningkatan ekonomi yang nyata.

Sebagian besar pekerja diberi hari libur ekstra ketika Pangeran William menikah pada April 2011. Pernikahan itu ternyata merusak aktivitas di seluruh ekonomi pada bulan itu akibat tambahan libur.

PricewaterhouseCoopers (PwC) memperkirakan pernikahan William dan Kate menghasilkan sekitar Β£ 107 juta (US$ 145 juta) dalam pembelanjaan ekstra. Tapi jumlah itu masih kurang dari 4% dari jumlah yang dibelanjakan di Inggris pada momen Black Friday.

Sementara berdasarkan data ONS menunjukkan bahwa penjualan ritel melonjak pada bulan April 2011 saat Pangeran William menikah lalu, kemudian terperosok pada bulan berikutnya.

Banyak yang memandag pernikahan keluarga kerajaan kali ini dapat mendorong ekonomi lebih baik dari sebelumnya karena orang banyak berbelanja. Namun diperkirakan kondisi itu tak akan berlangsung lama.

"Ini kemungkinan akan berumur pendek karena tidak mempengaruhi fundamental ekonomi yang dihadapi rumah tangga," kata Archer.

(fdl/dna)
Hide Ads