China Siap Tampung 500.000 Ton Sawit RI

China Siap Tampung 500.000 Ton Sawit RI

Trio Hamdani - detikFinance
Rabu, 23 Mei 2018 07:00 WIB
China Siap Tampung 500.000 Ton Sawit RI
Jakarta - Indonesia dan China bersepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral di bidang perdagangan. China berkomitmen untuk meningkatkan impor sawit dari Indonesia sebanyak 500.000 ton.

Hal itu dicapai dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dan PM China Li Keqiang beberapa waktu lalu. Menurut Jokowi, China merupakan pasar utama bagi komoditas asal Indonesia.


Jokowi mendorong peningkatan ekspor ke China. Li menyambut baik dengan membuka peluang masuknya komoditas seperti kelapa sawit hingga buah-buahan masuk ke China.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Secara khusus PM Li Keqiang menyanggupi bentuk peningkatan ekspor kita, tambahan minimal 500 ribu ton minyak kelapa sawit ke Tiongkok," ucap Jokowi saat jumpa pers di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (7/5/2018).

Berikut informasi selengkapnya mengebai update rencana China tambah impor sawit dari Indonesia.

1. Eksportir Diminta Segera Bergerak

Foto: Reno Hastukrisnapati Widarto
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan menyatakan China sudah berkomitmen meningkatkan impor sawit dari Indonesia sebanyak 500.000 ton. Pihaknya meminta eksportir di Indonesia segera menindaklanjuti.

"Itu sudah komitmen antar pemerintah (China dan Indonesia) yang disampaikan kepada presiden, sehingga sekarang tindaklanjutnya, ya para pelaku ekspor harus segera menghubungi importir di sana untuk merealisasikan itu," katanya kepada detikFinance, Senin kemarin (21/5/2018).

Dalam hal ini, kata Oke, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag turut terlibat. Sementara pihaknya memastikan dari sisi kebijakannya.

"Kalau saya kan kebijakannya. Kalau dari saya keluar berbagai kebijakan itu. Pengembangan ekspornya yang nanti tindaklanjuti, apakah mereka akan memfasilitasi pertemuan antara pelaku usaha antara China dan Indonesia," lanjutnya.

Ditjen Perdagangan Luar Negeri sendiri, kata Oke akan berupaya agar di tingkat kebijakan tidak menghambat.

"Permasalahannya dimana kita sampaikan dan itu akhirnya akan ditindaklanjuti dengan mutual recognition, dan itu dari tingkat kebijakan kita. Kita akan kawal Kementerian Pertanian mempertemukan karantina di China dengan Karantina di sini untuk saling mengakui sertifikasinya," tambahnya.

2. China Negara Terbanyak Serap Sawit Indonesia

Foto: Reno Hastukrisnapati Widarto
Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan, China memang salah satu importir terbesar sawit Indonesia.

"(China) cukup banyak (serap sawit dari Indonesia). Kalau nggak salah negara (pengimpor) nomor tiga. Setelah India, Uni Eropa, kemudian China," kata Oke.

Menurutnya, kebutuhan China terhadap sawit pun masih sangat besar.

"Masih sangat besar (kebutuhan China), bahkan kita berharap China mengikuti kita kebijakannya untuk menggunakan biodiesel," jelasnya.

Dia mengatakan jika China lebih memanfaatkan lagi bahan bakar dengan campuran biodiesel di negaranya, maka mereka bakal menyerap lebih banyak lagi minyak sawit, yang salah satunya mereka impor dari Indonesia.

"Kalau kita sudah B20 (bahan bakar dengan campuran bio diesel 20%), di China apakah B5 atau B berapa sudah mulai, sehingga biodieselnya bisa lebih menyerap lagi sawit," jelasnya.

3. Rencana China Impor Sawit Indonesia Juga Pengaruhi Uni Eropa

Foto: Reno Hastukrisnapati Widarto
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Panjaitan beberapa waktu lalu menyebut posisi Indonesia semakin kuat di mata Uni Eropa terkait kampanye hitam sawit yang merugikan Indonesia.

Kesediaan China menambah impor kelapa sawit dari Indonesia sebanyak 500 ribu ton memperkuat posisi tawar Indonesia terhadap Uni Eropa.

"(Lobi dengan Uni Eropa) Sampai sekarang bagus saya kira. Artinya sekarang mereka sudah tahu posisi kita. Sudah jelas dia tahu kita kuat. Apalagi dengan ada China mau beli (sawit Indonesia) ini kan juga memberikan signal pada dia juga," kata Luhut ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (8/5/2018).

Luhut menjelaskan ekspor CPO terbesar Indonesia adalah ke India, Uni Eropa, dan China.

"Sekarang volume ekspor CPO, India paling besar, waktu 2017 7,6 juta ton, Uni Eropa 5 juta ton, China 3,7 juta ton," terang Luhut.

Luhut menambahkan proses transaksi produk sawit Indonesia ke China masih perlu melewati prosedur administrasi. Diharapkan kesepakatan penambahan pasokan sawit ke China bisa terwujud tahun ini.
Halaman 2 dari 4
(dna/dna)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads