Dendy menjelaskan, bagi maskapai jika terjadi pelemahan nilai tukar adalah membengkaknya biaya sewa pesawat. Sebab biaya untuk membayar sewa pesawat dalam bentuk dolar AS.
"Jadi rupiah melemah berat bagi airline. Kami enggak bisa lepas dari dolar untuk sewa pesawat karena principalnya asing," tuturnya di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (24/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: IHSG Ditutup Semakin Dekat 6.000 |
Bagi AirAsia Indonesia, biaya sewa pesawat mencakup 24% dari total biaya yang dikeluarkan perusahaan. Dengan begitu jika ada gejolak maka dampaknya biaya membengkak
Meski begiru, Dendy mengakui jika terjadi kenaikan beban biaya sebenarnya tidak sepenuhnya ditanggung perusahaan. Biasanya dampaknya akan menaikkan harga tiket, jadi penumpang yang akan terbebani.
"Sebenarnya buat Airline pass through (dilimpahkan) ke penumpang. Tapi kami ada hitung-hitungannya, bukan berarti dolar AS naik 100, naiknya 100 juga. Pasti ada yang disubsidi juga," imbuhnya.
Baca juga: Dolar AS Naik Lagi, Parkir di Rp 14.205 |
AirAsia Indonesia juga diakuinya tidak melakukan lindung nilai (hedging) untuk biaya sewa pesawat itu. Namun setidaknua perusahaan bisa mendapatkan keuntungan dari penerbangan internasionalnya yang bisa menambah pundi-pundi dalam bentuk mata uang asing. (zlf/zlf)











































