"Saya yakinkan 0,21% ini bukan konsumsinya melambat. Rendahnya angka inflasi ini karena ada yang tidak biasa seperti volatile food yang biasanya bergejolak, kali ini terkendali dengan berbagai upaya yang dilakukan," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta Pusat, Senin (4/6/2018).
Saksikan juga video "Beragam Komoditas Alami Inflasi di Bulan Mei Sebesar 0.21%" berikut ini:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Sudah 4 Bulan Inflasi RI Rendah |
Suhariyanto mengungkapkan besaran inflasi kali ini merupakan hal yang baik dan ia tak melihat adanya tanda perlambatan konsumsi. Misalnya harga beras yang biasanya naik saat Ramadan namun periode ini mengalami penurunan.
Akan tetapi, ada yang harus diwaspadai seperti kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam karena permintaannya akan terus meningkat.
Oleh karena itu dibutuhkan pengendalian harga menjelang hari raya seperti Lebaran dan Natal. Ini karena biasanya terjadi permintaan barang yang berlebih dan mendorong inflasi.
"Biasanya yang perlu dijaga itu Ramadan, Lebaran dan Natal. Memang selalu seperti itu. Kalau di bulan Desember itu kan ada persiapan tahu baru juga dan liburan," ujarnya.
Inflasi tertinggi terjadi di Tual 1,88% dan terendah di Purwokerto dan Tangerang masing-masing 0,01%. Kemudian deflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 0,99% dan terendah terjadi di Pematangsiantar 0,01%.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,21%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,31%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,19%.
Untuk kelompok sandang sebesar 0,33%, kelompok kesehatan sebesar 0,21%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,9% dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,18%.
Bagaimana pendapat Jokowi soal Inflasi dan Ekspor? Simak videonya:
(ara/ara)