"Hal menarik adalah saya dapat laporan, bahwa bulan Maret, April, Mei penjualannya meningkat, penjualan ritelnya meningkat di atas 10% -15% ada yang mereka meningkat jadi tidak ada sama sekali ada pelemahan dari daya beli masyarakat, ini masih akan berlanjut sampai Juli kemudian nanti ini akan berlanjut lagi dengan Agustus," ujar dia di kantornya, Jumat (8/7/2018).
Meski potensi pasar di Pulau Jawa masih sangat tinggi, Enggar menjelasakan saat ini pihaknya tengah memperluas pasar ritel ke beberapa daerah di Pulau Jawa agar transaksi pasar dan perputaraan uang tidak hanya terjadi di Pulau Jawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dapat laporan, bahwa bulan Maret, April, Mei penjualannya meningkat, penjualan ritelnya meningkat di atas 10% -15%"Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita |
"Masih oke tapi harus ada perubahan karena berubah lifestylenya gitu lah," kata dia
Lesunya daya beli masyarakat memang tengah menjadi perhatian banyak kalangan hingga hari ini.
Belum lama ini, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menyebut, melemahnya konsumsi salah satunya bisa dilihat dari rendahnya inflasi inti.
"Inflasi inti yang menggambarkan secara riil apa hubungan antara permintaan dan penawaran. Kalau core inflation turun berarti ada indikasi demand itu turun. Indikasi permintaan naik belum terlihat. Inflasi inti kalau dilihat secara cenderung turun," kata dia belum lama ini.
Baca juga: Inflasi Rendah, Tanda Daya Beli Loyo? |
Jika dilihat dari inflasi inti pada Januari 2018 sebesar 0,31% (month to month/mtm) dan 2,69% (year on year/yoy). Lebih rendah jika dibandingkan Januari 2017 sebesar 0,56% (mtm) dan 3,35% (yoy).
Lalu inflasi inti pada Februari 2018, inflasi inti 0,57% (mtm) dan 2,58% (yoy). Sementara inflasi inti di Februari 2017 0,93 (mtm) dan 3,41% (yoy). (dna/dna)











































