Wahyu yang mengaku uangnya tidak pernah habis itu bisa sukses karena bisnis sengon yang digelutinya. Kini, Wahyu pun mendapat julukan sebagai Raja Sengon karena menanam di lahan seluas 300 hektar.
Lantas, seperti apa sih bisnis sengon yang dijalani Wahyu Widodo hingga bisa tajir melintir? Penasaran dengan bisnisnya? Simak berita selengkapnya.
Bisnis ini dinilai mudah untuk dijalani dengan prospek yang menguntungkan. Sebab, kata dia, harganya yang kompetitif dibandingkan kayu alam dari luar Jawa
"Jadi memang prospek bisnis sengon sekarang lagi naik daun," kata Purwadi kepada detikFinance, Jakarta, Selasa (3/7/2018).
Purwadi menjelaskan bahwa pohon sengon atau Albizia Chinensis atau disebut juga pohon albasia termasuk hutan tanaman. Pohon ini kemudian kerap digunakan sebagai pengganti utama kayu-kayu alam seperti jati untuk diolah menjadi sebuah produk.
"Pasokan kemampuan kayu alam semakin menurun, sehingga subtitusi kayu alam banyak ke arah hutan tanaman. Kalau kayu alam kan banyak di luar Jawa ya, sekarang kayu sengon ini banyak jadi subtitusi kayu alam," jelasnya.
Selain itu, kata dia, saat ini industri kayu lapis banyak berada di daerah Jawa karena pasokan kayu alam yang menurun. Dari situ, industri-industri pengolahan kayu banyak memanfaatkan sengon sebagai bahan utama.
"Ini permintaan pasokan industri kayu lapis di Jawa ini luar biasa sekali. Dulu sengon itu hampir nggak ada harganya, orang pada malas tanam. Tapi sekarang begitu industri-industri pada pindah ke Jawa, ini booming harganya luar biasa sekali," tuturnya.
Purwadi Soeprihanto mengakui bahwa bisnis sengon memang sedang naik daun. Dia mengatakan bahwa memulai bisnis sengon tak sulit untuk dilakukan.
Purwadi menjelaskan, menanam pohon sengon tak memerlukan modal yang besar. Dengan uang sekitar Rp 10 juta, maka bisnis sengon sudah bisa dijalani.
"Biaya investasinya nggak sampai Rp 10 juta per hektar, apalagi tanah di jawa relatif subur ya. Jadi dengan 8 tahun cepat sekali balik modal lah," jelasnya.
Biaya tersebut, kata dia, bisa digunakan untuk pembelian bibit serta perawatan dari tanaman atau pohon sengon.
"Kalau untuk bibit gampang sekali diperoleh, ada jenis-jenis bibit tertentu yang itu bibit unggul itu yang pertumbuhannya sangat cepat," katanya.
Sementara untuk soal lahan, Purwadi juga mengatakan bahwa lahan yang disiapkan untuk memulai bisnis sengon tak perlu luas. Cukup dengan lahan sekitar 300-500 meter persegi maka sengon sudah bisa dibudidaya.
"Sengon itu di Jawa sudah di kelola dalam hutan rakyat, seperti kebun ya. Tidak perlu ekstensifikasi. Kita punya lahan kurang lebih 300-500 meter itu sudah bisa," jelasnya.
Purwadi mengaku tak heran bila ada yang sukses kaya raya karena berbisnis sengon. Sebab, kata Purwadi, dengan bisnis sengon bisa menghasilkan omzet hingga ratusan juta dalam setiap panennya.
Wahyu mengatakan, penghasilan sebesar itu bisa didapat hanya dengan modal bisnis yang tak lebih dari Rp 10 juta.
"Biaya investasinya nggak sampai 10 juta per hektar, apalagi tanah di Jawa relatif subur ya. Jadi dengan 8 tahun cepat sekali balik modal lah," kata dia.
Purwadi mengatakan, bahwa pohon sengon dengan usia 7-8 tahun sudah bisa mulai dipanen. Harga panennya pun cukup tinggi, untuk ukuran per meter kubik, kayu dari pohon sengon bisa dihargai sampai Rp 1 juta.
Sementara, dia memperkirakan bila menanam pohon sengon di lahan seluas satu hektar bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 250-300 juta dalam setiap panen.
"Kalau dirawat dengan baik, satu hektar bisa hasilkan RP 250 - Rp 300 juta untuk umur 8 tahun," kata dia.
"Dan itu gampang sekali ditanam, tidak rewel pemeliharaannya," tutupnya.
Purwadi Soeprihanto menjelaskan, kayu sengon biasa digunakan sebagai bahan baku untuk membuat furniture atau bahan baku industri kayu lapis.
"Kayu sengon sekarang banyak dipakai untuk veneer. Bahan baku utama industri kayu lapis," kata Purwanto.
Karena sifatnya yang lunak, kata dia, kayu sengon biasa digunakan untuk furniture yang sifatnya ringan.
"Untuk penggunaan karena sifat kayunya yang lunak, tidak bisa digunakan untuk kontruksi, sebagian besar untuk furniture yang sifatnya ringan, untuk veneer dan palet, kotak kayu untuk packaging," jelasnya.
Cerita pria asal Banyuwangi, Wahyu Widodo menjadi perhatian publik. Dia mengaku tajir melintir karena usahanya berbisnis sengon hingga mendapat kiriman uang 16 kontainer setiap hari.
Bisnis sengon sendiri memang memiliki prospek yang menguntungkan. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun pernah menyarakan untuk berbisnis sengon pada 2013 silam.
Saat itu, Jokowi yang masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta mengatakan bahwa menanam pohon adalah investasi yang sangat bagus. Terutama pohon kayu jati dan sengon.
Menurutnya, pohon sengon dapat memakmurkan rakyat dengan kayu yang dihasilkan. Kedua pohon itu sekaligus juga dapat mengatasi persoalan kerusakan hutan di Indonesia.
"Pembibitan siap, harga jual kayu jati dan sengon juga sangat bagus," ungkap Jokowi di Balairung UGM, Yogyakarta, beberapa tahun silam.
Saat itu, Jokowi memperkirakan, bila masyarakat mau menanam kedua pohon tersebut, masyarakat akan memperoleh keuntungan. Dengan biaya perawatan setiap enam bulan sekali selama lima tahun di lahan seluas satu hektar, masyarakat bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp 800 juta.
Menurutnya dengan menanam 2.500 batang dengan investasi sebesar Rp 32 juta selama lima tahun, petani bisa hasilkan Rp 900 juta saat panen.
"Kalau dikurangi biaya produksi Rp 32 juta, keuntungan bisa lebih dari Rp 867 juta hanya dari satu hektar atau Rp 14,4 juta per bulan," paparnya.
Dari informasi yang dihimpun detikFinance, bisnis pohon sengon booming sejak beberapa tahun lalu. Selain waktu tanam yang singkat, perawatan yang tidak begitu sulit, harga jual juga terbilang bagus.
Juremi, salah satu pelaku bisnis Sengon di Karangjati, Ngawi saat berbincang dengan detikcom, menjelaskan bisnis Pohon Sengon sudah banyak dilirik masyarakat Jawa Timur. Juremi yang juga pemilik warung makan dan katering ini, juga terjun menggarap bisnis 'emas' yang menggiurkan ini.
Menurutnya, untuk merawat Pohon Sengon tidak sulit, sebab Pohon Sengon tidak membutuhkan perawatan khusus seperti menanam Pohon Jati.
"Harga bibit sengon murah. Antara Rp 1.500 hingga Rp 2.500," kata Juremi.
Juremi mengaku, saat ini menanam 1.000 bibit Sengon di atas lahan seluas 1 hektar. "Satu hektar lahan saya tanami 1.000 bibit. Biar pertumbuhannya bagus. Sebenarnya bisa dimaksimalkan sebanyak 2.500 bibit," terang Juremi.
Meski mempunyai 1.000 pohon, namun saat masa tebang, Juremi mengaku tidak mendapatkan 1.000 batang, karena saat masa penanaman 4 tahun, ada penyortiran atau pohon yang dianggap perkembangannya tidak bagus, dan ada juga yang mati.
"Pohon yang jelek kita potong dulu saat masa tanam masuk umur 2 tahun. Satu hektar kita bisa sortir hingga 300 pohon. jadi tinggal 700 batang saja yang dibiarkan hingga usia 4-5 tahun," jelas pria yang sudah menanam sengon sejak 2013 ini.
Untuk harga jual, Juremi yang mengaku mempunyai langganan tetap ini, menjual di kisaran Rp 350.000 hingga Rp 400.000 per batang. "Harga tergantung kondisi pohon. Kalau bagus tanpa ada cacat dan lurus bisa lebih mahal," ujarnya.
Lantas, berapa omzet yang diperoleh Juremi dari bisnis Sengon? Juremi mengaku saat masa panen setelah 4 tahun, mendapatkan penghasilan kotor sekitar Rp 350.000.000. "Itu belum dikurangi beli bibit, beli pupuk, jasa perawatan, biaya potong dan sewa lahan," ungkap Juremi.
Nah, itu baru Sengon di atas lahan 1 hektar. Bagaimana penghasilan Raja Sengon Banyuwangi yang mempunyai pohon Sengon di atas lahan seluas 300 hektar?
Jika di atas 1 hektar lahan ditanami 1.000 pohon, maka dengan luas 300 hektar akan ditanami sebanyak 300.000 bibit. Setelah 5 tahun perawatan, maka harga jual sengon jika rata-rata dihargai per batang Rp 350.000 dikalikan 300.000 pohon, maka penghasilan Raja Sengon saat panen sebesar Rp 105.000.000.000.
Nilai sebesar itu masih belum dikurangi biaya sewa tanah, pembelian bibit dan pupuk serta biaya perawatan dan tenaga kerja.