Aneka Bisnis Kayu yang Bikin Tajir Melintir

Aneka Bisnis Kayu yang Bikin Tajir Melintir

Selfie Miftahul Jannah - detikFinance
Kamis, 05 Jul 2018 11:11 WIB
Aneka Bisnis Kayu yang Bikin Tajir Melintir
Jakarta - Pilihan investasi sektor kehutanan sebelumnya tidak banyak dilirik oleh masyarakat luas. Namun belakangan setelah viral soal cerita pria asal Banyuwangi, Wahyu Widodo, yang tajir melintir dari bisnis tanaman pohon sengon.

Selain Pohon Sengon, ternyata ada banyak jenis pohon lain yang bisa ditanam untuk memulai bisnis di sektor kehutanan. Contohnya ada Jati, Senokeling, Jambon sampai Mahoni.

Penasaran? Berikut detikFinance sajikan cerita selengkapnya:

Selain sengon ada juga beberapa jenis pohon lainnya yang bisa dibuat sebagai bisnis.

Direktur Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Purwadi Suprihanto menjelaskan, ada beberapa jenis pohon selain sengon yang bisa dijadikan bahan invetasi, seperti Pohon Jati, Pohon Mahoni, Pohon Sonokeiling sampai Pohon Jabon.

"Sebenarnya banyak pohon yang bisa ditanam selain sengon. Seperti Jabon itu hampir sama seperti Sengon, kemudian tentu ada Jati, Mahoni, Sonokeling," kata dia kepada detikFinance, Rabu (4/7/2018).

Direktur Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Purwadi Suprihanto menjelaskan, siapapun bisa mulai berbisnis kayu. Di mana beli bibitnya?

Menurut Purwadi, Perhutani cukup memiliki banyak bibit untuk dijual dan ditanam oleh masyarakat.

"Sekarang banyak kok, di Perhutani juga bisa beli. Masyarakat juga ada mereka yang punya sertifikat jual tanaman Jati dan Senokeling bisa beli dan harganya pun bervariasi," kata dia kepada detikFinance, Rabu (4/7/2018).

Ia menjelaskan untuk jenis bibit Pohon Jabon di perhutani dijual dengan harga Rp 3.000 per bibit. Ada pula jenis Pohon Mahoni bibitnya dijual sekitar Rp 3.000- 4.000

Pohon Jati di perhutani dijual dengan harga Rp 5.000/bibit.

Selain itu ada pula Pohon Senokeling yang, bibitnya dijual dengan harga sekitar Rp 5.000.

Direktur Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Purwadi Suprihanto menyebut pasar komoditas kayu sangatlah luas.

Setelah masuk masa panen, beberapa pohon akan ditebang dan akan diolah menjadi beberapa bahan dasar kebutuhan industri.

"Kan kalau kayu itu ada beberapa industri, seperti industri pengolahan untuk kebutuhan mebel, perangkat rumah, kebutuhan olahan bahan kayu seperti bahan baku veneer," kata dia kepada detikFinance, Rabu (4/7/2018).

Ia menjelaskan, kebutuhan bahan baku rumah untuk pembuatan pintu rumah, jendela sampai furnitur yang membutuhkan bahan baku kayu.

Ia mencontohkan seperti Tanaman Sengon dan Jabon, jenis tahaman ini mulai dicari orang setelah industri mulai membutuhkan sengon sebagai satu bahan baku pembuatan veneer atau triplek.

Pohon ini kemudian kerap digunakan sebagai pengganti utama kayu-kayu alam seperti jati untuk diolah menjadi sebuah produk.

"Pasokan kemampuan kayu alam semakin menurun, sehingga subtitusi kayu alam banyak ke arah hutan tanaman. Kalau kayu alam kan banyak di luar Jawa ya, sekarang kayu sengon ini banyak jadi subtitusi kayu alam," jelasnya.

Pemasaran ekspor kayu Indonesia ternyata sudah sampai Timur Tengah, hal tersebut dijelaskan Direktur Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Purwadi Suprihanto.

Ia mengatakan vaneer atau teriplek Indonesia yang terbuat dari kayu-kayu alam seperti jati sudah layak untuk dipasarkan di Timur Tengah.

"Kalau bahan olahan gitu udah sampai Timur Tengah, bahan campurannya kan banyaknya dari Kayu Sengon dan Jambon," kata dia kepada detikFinance, Rabu (4/7/2018).

Ia menjelaskan poduk kayu Indonesia baru bisa masuk ke pasar Timur Tengah, karena jika dibandingkan pasar di asia produk kayu Indonesia kalah dengan produk vaeer dari China.

Selain lebih murah barang-barang termasuk produksi kayu olahan dari China juga sudah sejak lama menggunakan hutan tanaman atau pohon yang sengaja ditanam berkala untuk industri, sementara di Indonesia untuk bahan vaneer baru menggunakan hutan tanaman di tahun 2005 sebelumnya Indonesia sepenuhnya menggunaan tanaman alam atau yang ditemukan di hutan.

Selain baru merambah pasar timur tengah Purwadi menjelaskan pasar asia punya standar yang beragam dan lebih tinggi sehingga pasar vaneer untuk dari Indonesia belum bisa masuk ke pasar asia.

"Standar di Asia itu tinggi, jadi Indonesia baru bisa menjual ke kawasan timur tengah," kata dia.

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China terus berlanjut. Kedua negara ini saling memberikan bea masuk tinggi pada barang barang yang akan masuk ke negara masing masing, baik produk China ke AS dan sebaliknya.

Direktur Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Purwadi Suprihanto, menjelaskan dengan adanya perang dagang antara kedua negara sebenaranya Indonesia memiliki peluang besar untuk mengambil pasar industri kayu ke Amerika.

Industri kayu Indonesia punya potensi untuk bisa masuk ke Pasar Amerika, pasalnya supplier kayu dari Amerika sebelumnya adalah China. Namun karena China terbukti melakukan dumping, Amerika memberikan sanksi kepada China.

"Sebenarnya Industri kayu Indonesia bisa masuk, karena China kan terbukti melakukan dumping tinggal kitanya meningkatkan kualitas dan standar agar bisa masuk ke pasar Amerika," kata dia kepada detikFinance, Rabu (4/7/2018).

Hide Ads