Survei membuktikan, peningkatan gaji pegawai di dunia stagnan.
Laporan dari Organisation for Economic Co-operation and Development mewanti-wanti tren positif penyerapan tenaga kerja dibayang-bayangi ketakutan soal gaji pegawai yang tak mengalami banyak perubahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi, justru itu memberi peringatan pada pertumbuhan gaji, yang disebutkan berjalan sangat lambat, bahkan dibanding sebelum krisis finansial. Pertumbuhan gaji yang stagnan sangat memukul mereka yang berpenghasilan rendah.
Firma yang berbasis di Prancis ini membeberkan sejumlah faktor yang mempengaruhi lambatnya pertumbuhan gaji.
Keuntungan produktivitas dan kemajuan teknologi yang membantu memacu kenaikan upah sedang digemborkan oleh perusahaan-perusahaan besar. Sementara bisnis lain dan pekerja mereka jauh tertinggal di belakang.
Banyak perusahaan justru enggan berinvestasi di teknologi yang baru dan berinovasi karena banyak ketidakpastian geopolitik yang terjadi di dunia. Pebisnis takut pada potensi perang dagang sementara yang lainnya takut dampak dari Brexit.
Inovasi yang kurang juga membuat produk yang dihasilkan pekerja juga berkurang nilainya.
Nah, perusahaan dengan produktivitas yang rendah tak mampu menaikkan gaji pegawainya.
Alasan kedua yang tak kalah penting adalah saat ekonomi global sedang memulih, banyak pekerja ogah untuk meminta kenaikan gaji atau bahkan tak mau resign karena takut jadi pengangguran akibat dari krisis finansial.
OECD juga menyebutkan bahwa hilangnya pekerjaan selama krisis tidak sama dengan posisinya dulu.
Orang yang di-PHK pada 2008 misalnya, ketrampilan dan keahliannya tidak sama dengan apa yang dibutuhkan sekarang. OECD mengatakan, satu dari empat pekerja tidak memiliki ketrampilan digital dasar, dan itu menjauhkan mereka dari akses menuju pekerjaan baru yang lebih baik.
(zlf/ang)