Virus kuning terdeteksi ditemukan di sentra-sentra produksi utama cabai, seperti Cianjur, Kediri, Blitar, Banyuwangi, dan beberapa sentra lain di Indonesia. Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Prihasto Setyanto, turun ke lapangan guna meninjau langsung serangan virus ini di Kabupaten Kediri.
"Virus kuning menyerang kabupaten Kediri secara massif, lebih dari 80% dari 4000 hektar tanaman cabai terserang virus ini yang berpengaruh terhadap provitas cabai rawit di wilayah ini," jelas Prihasto dalam keterangan tertulis, Senin (9/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang anggota Kelompok Tani Cabai Gede Harapan, Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Uden Suhendar mengaku, serangan virus kuning cukup menggelisahkan. Gejalanya diawali dengan daun yang berubah warna lebih pucat, tulang daun memutih, lalu gejala berkembang menjadi warna kuning, bagian tulang daun menebal, dan daun mengeriting ke arah atas.
"Kalau sudah terserang virus ini, kami menjadi was-was karena terbukti cepat menyebar dan berdampak menurunnya produktivitas panen cabai," ujar Uden.
Sementara itu, Pakar virus dari Universitas Sungkyun Kwan, Sukchan Lee, dan Pakar Entomologi khusus kutu kebul dari Universitas Kyungbook, Korea Selatan, Kyuongyeol, menjelaskan bahwa infeksi virus gemini menyebabkan daun cabai mengecil dan berwarna kuning terang.
Menurut mereka, virus gemini ditularkan oleh serangga vektor jenis kutu putih atau kutu kebul (bemisia tabaci). Selain itu menurutnya, jika tanaman terserang pada umur muda, biasanya tanaman menjadi kerdil dan tidak berbuah.
"Virus ini memang tergolong bandel dan sulit dimatikan, sehingga tindakan paling tepat adalah melakukan upaya pencegahan," jelas Sukchan.
Dalam kesempatan itu, Sukchan juga menjelaskan bahwa virus kuning di Indonesia cukup sulit dikendalikan. Namun menurutnya, pencegahan dan pengendalian penyakit kuning bisa dilakukan dengan penggunaan benih yang sehat dan tidak berasal dari pohon induk yang pernah terserang penyakit ini, sanitasi lahan perlu dilakukan dengan membersihkan gulma sekitar tanaman, dan penggunaan tanaman pembatas seperti jagung membantu mencegah masuknya serangga vektor ke areal lahan cabai.
Selanjutnya, upaya penjegahan juga dapat dilakukan dengan cara penggunaan perangkap kuning di sekitar tanaman, yang dapat mengurangi serangan vektor pembawa virus kuning, yaitu kutu kebul. Kemudian yang terakhir adalah dengan cara mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang virus kuning agar tidak menular ke tanaman lain yang masih sehat.
Dirinya juga tidak menampik peluang penggunaan pestisida sesuai anjuran untuk mengendalikan vektor penular virus. Namun, dirinya menyarankan untuk tidak terus menerus menggunakan jenis bahan aktif yang sama, agar vektor tidak kebal.
Ke depannya, Sukchan dan Kyuongyeoll berencana melakukan penelitian lebih lanjut terhadap fenomena virus kuning cabai di Indonesia.
"Targetnya, kami ingin menemukan formulasi terbaik menangani serangan virus kuning ini. Kami telah meminta izin pihak otoritas Indonesia untuk mengambil sampel dan menelitinya lebih lanjut di instalasi laboratorium yang kami miliki" pungkasnya. (idr/hns)











































