Surplus 2,4 Juta Ton, Gula Petani Tak Laku Dibeli Bulog Rp 9.700/Kg

Surplus 2,4 Juta Ton, Gula Petani Tak Laku Dibeli Bulog Rp 9.700/Kg

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Kamis, 26 Jul 2018 08:42 WIB
Surplus 2,4 Juta Ton, Gula Petani Tak Laku Dibeli Bulog Rp 9.700/Kg
Foto: Enggran Eko Budianto
Jakarta - Kondisi pasokan gula dalam negeri berlebih atau surplus. Bahkan angka pasokan mencapai 2,4 juta ton lebih banyak dari kebutuhan.

Alhasil, sebagian pasokan gula tidak laku atau tidak terjual di pasaran sehingga membuat petani merugi.

Menanggapi hal itu, pemerintah dalam rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memutuskan Perum Bulog untuk membeli gula petani dengan harga Rp 9.700 per kilogram (kg).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirangkum detikFinance, Kamis (26/8/2018) begini cerita lengkapnya:

Ada Impor, Gula Dalam Negeri Surplus 2,4 Juta Ton

Foto: Soedirman Wamad
Pemerintah meminta Perum Bulog untuk membeli gula petani yang tidak laku. Hal ini dikarenakan adanya surplus pasokan gula nasional sebanyak 2,4 juta ton.

Menurut Sekretaris Jenderal Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Nur Khabsyin kondisi surplus tersebut dikarenakan beberapa hal, pertama dari adanya sisa gula di tahun 2017 sebanyak 1 juta ton. Kemudian rembesan gula rafinasi atau gula untuk industri ke pasar konsumsi sebanyak 800 ribu ton.

Adapun, angka itu juga ditambah impor gula kristal putih sebanyak 2,1 juta ton. Sehingga total pasokan gula konsumsi tahun ini ada sebanyak 5,1 juta ton.

"Jadi total (stok gula) 5,1 juta ton," katanya kepada detikFinance, Rabu (25/7/2018).

Lantas, jumlah pasokan tersebut tidak berbanding lurus dengan jumlah kebutuhan gula konsumsi sebanyak 2,8 juta ton. Sehingga mengakibatkan adanya surplus sebanyak 2,4 juta ton.

"Sedangkan kebutuhan 2,7 sampai 2,8 juta ton. Jadi ada kelebihan 2,4 juta ton," terangnya.

Sementara itu, pemerintah memerintahkan Bulog untuk membeli gula petani dengan harga Rp 9.700 per kilogram (kg) hingga April 2019.

Gula Petani Tak Laku di Pasaran

Foto: dok. Polda Jateng
Pasokan gula nasional berada di kondisi berlebih atau surplus sebanyak 2,4 juta ton. Namun, banyaknya jumlah tersebut tidak terserap di pasaran.

Menurut Sekretaris Jenderal Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Nur Khabsyin saat ini kondisi gula yang melimpah dua hal, yakni impor yang berlebih dan aturan terkait pembelian dan penjualan gula.

Hal itu menyebabkan stok gula di pasaran tetap utuh dan tidak terbeli. Bahkan jumlahnya mencapai 2,4 juta ton.

"Saat ini pedagang takut membeli, mereka takut dengan aturan bahwa hanya Bulog yang boleh menjual gula ke pasar dan kondisi gula kristal putih (konsumsi) berlimpah," jelasnya kepada detikFinance, Rabu (25/7/2018).

Ia memaparkan, produksi gula nasional di tahun 2018 mencapai 2,1 juta ton. Lalu ditambah sisa gula tahun 2017 sebanyak 1 juta ton dan rembesan gula rafinasi ke pasaran mencapai 800 ribu ton.

Selain itu, ada pula tambahan impor gula konsumsi sebanyak 1,2 juta ton. Artinya pasokan gula nasional ada sebanyak 5,1 juta ton.

Angka tersebut tidak berbanding lurus dengan jumlah kebutuhan di tahun 2018 hanya sebanyak 2,8 juta ton. Sehingga mengakibatkan surplus 2,4 juta ton.

"Jadi total pasokan gula konsumsi 5,1 juta ton. Sedangkan kebutuhan 2,7 sampai 2,8 juta ton. Jadi ada kelebihan 2,4 juta ton," paparnya.

Bulog Diminta Beli Rp 9.700/Kg

Foto: dokumentasi Polda Jabar
Petani mengaku pasokan gula nasional yang berlebih hingga 2,4 juta ton tak laku terjual. Pemerintah melalui Perum Bulog pun diminta untuk membeli dengan harga Rp 9.700 per kilogram (kg).

Keputusan tersebut dihasilkan dalam rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 17 Juli lalu. Hadir di sana Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman.

Menurut Enggar pihaknya telah memutuskan agar Bulog sebagai operator untuk membeli gula petani yang tidak laku di pasaran dengan harga Rp 9.700 per kilogram (kg).

"(Jadi harganya) Rp 9.700," jelasnya beberapa waktu lalu.

Dihubungi detikFinance, Direktur Operasional dan Pelayanan Publik (OPP) Tri Wahyudi Saleh mengatakan pihaknya telah melakukan pembelian perdana gula petani sebanyak 20 ribu ton. Pembelian tersebut dilakukan di GP Gempol, Jawa Timur.

"Mulai hari ini kita mau eksekusi 20 ribu ton dulu di Gempol, Jawa Timur," ungkapnya, Rabu (25/7/2018).

Ia memperkirakan jumlah gula yang akan diserap mencapai 500 ribu ton hingga April 2019.

"Kita sebenarnya sedang menunggu hitungan pasti gulanya berapa tapi mungkin sekitar 300 sampai 500 ribu ton. Ini sampai April 2019," tutupnya.

Petani Minta Rp 11.000

Foto: Mei Amelia/detikcom
Pemerintah memutuskan harga beli gula petani oleh Bulog sebesar Rp 9.700 per kilogram (kg). Harga tersebut dinilai petani terlalu kecil sehingga dapat membunuh bisnis.

Sekretaris Jenderal Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Nur Khabsyin mengatakan pada dasarnya harga beli Rp 9.700 per kg tidak menutup biaya produksi. Sehingga hal tersebut merugikan petani.

Pada dasarnya, petani telah meminta agar harga beli dipatok Rp 11.000 per kg. Hal itu agar pihaknya juga mendapatkan keuntungan.

"Kami petani minta gula kami dihargai sebesar RP 11.000 per kg agar ada keuntungan. Kalau gula kami dihargai hanya Rp 9.700 per kg sama saja membunuh petani," ungkapnya kepada detikFinance, Rabu (25/7/2018).

Dihubungi terpisah, Ketua APTRI Soemitro mengatakan harga beli tersebut pada dasarnya telah disurvei terlebih dahulu oleh Menteri Pertanian. Namun sayang angka yang diajukan tidak digubris.

"Mentan itu sudah menerjunkan pakar untuk survei di lapangan untuk harga tapi malah nggak direken (direspons)," paparnya.

Bulog Siap Serap 500 Ribu Ton Gula Petani

Foto: Mei Amelia/detikcom
Perum Bulog ditugaskan untuk menyerap gula petani yang tidak laku dengan harga Rp 9.700 per kilogram. Rencananya Bulog akan menyerap hingga 500 ribu ton.

Menurut Direktur Operasional dan Pelayanan Public (OPP) Tri Wahyudi Saleh, pembelian gula petani akan mulai dilakukan hari ini dengan besaran 20 ribu ton.

"Mulai hari ini kita mau eksekusi 20 ribu ton dulu di Gempol, Jawa Timur," katanya saat dihubungi detikFinance, Rabu (25/7/2018).

Lebih lanjut, ia memperkirakan jumlah gula petani yang mesti diserap oleh Bulog ada sekitar 300 hingga 500 ribu ton. Penyerapan tersebut diberi waktu hingga April 2019.

"Kita sebenarnya sedang menunggu hitungan pasti gulanya berapa, tapi mungkin sekitar 300 sampai 500 ribu ton," sambungnya.

Sementara itu, untuk menyerap gula petani tersebut pihaknya telah menganggarkan dana sebesar Rp 7 triliun yang berasal dari pinjaman perbankan.

"Kita siapin Rp 5 trliun sampai Rp 7 triliun itu dari pinjaman untuk nyerap 500 ribu ton (gula petani)," tutupnya.
Halaman 2 dari 6
(ang/ang)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads