Fakta-fakta soal Turis Lombok yang Eksodus Usai Gempa

Fakta-fakta soal Turis Lombok yang Eksodus Usai Gempa

Selfie Miftahul Jannah - detikFinance
Rabu, 08 Agu 2018 11:35 WIB
Fakta-fakta soal Turis Lombok yang Eksodus Usai Gempa
Foto: Puspen TNI
Jakarta - Gempa bumi berkekuatan 7 skala richter (SR) di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) berpotensi tsunami pada Minggu lalu. Lokasi gempa berada di titik 8.37 LS dan 116.48 BT. Gempa terjadi pada kedalaman 15 km.

Informasi tersebut dikeluarkan langsung oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Dari publikasi informasi yang tersebar luas, para turis di dalam Lombok akhirnya resah dan memutuskan untuk meninggalkan Lombok segera.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut berita selengkapnya yang dirangkum detikFinance, Jakarta, Rabu (8/8/2018).

Gempa Lombok Berpotensi Tsunami

Foto: Dok. ASDP
Gempa bumi berkekuatan 7 skala richter (SR) di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) berpotensi tsunami, meski pusat gempa berada di daratan. Kenapa tsunami bisa terjadi padahal gempa di darat?

Kepala Bagian Humas BMKG Harry Tirto Djatmiko mengatakan, gempa 7 SR tersebut memang berpusat di darat, yakni tepatnya pada titik 8.37 LS dan 116.48 BT pada kedalaman 15 km. Namun, patahan gempa tersebut terjadi sampai ke laut.

Hal itulah yang menyebabkan terjadinya tsunami. Selain itu, gempa bumi tersebut termasuk dalam kategori gempa dangkal.

"Itu karena patahannya sampai ke laut. Jadi itu yang menyebabkan kami tetap firm mengeluarkan peringatan dini tsunami. Dia di darat tapi tidak jauh dari pantai," kata Harry saat berbincang dengan detikcom.

Peringatan Dini Isu Tsunami Bikin Wisatawan Pergi

Foto: Dok. ASDP
Informasi mengenai adanya potensi tsunami membuat para wisatawan memilih pergi. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Abdul Hadi Faishal mengaku informasi membuat banyak wisatawan resah dan akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Lombok.

Keresahan dari wisatawan tersebut mengakibatkan eksodus besar-besaran dari Lombok.

"Nah sebetulnya kalau nggak ada rilis mengenai tsunami maka eksodusnya nggak bakal seperti ini. Ini besar besaran eksodusnya, tetapi kalau tamu-tamu ini mau berdiam kami bisa tangani kami bisa cover karena gini kerusakan yang terjadi di dalam hotel juga nggak banyak," kata dia kepada detikFinance.

Gempa bumi tersebut awalnya dilaporkan terjadi pada Minggu (5/6) pukul 18.46 WIB dengan kekuatan 6,8 SR dan tidak menimbulkan tsunami. Namun, BMKG kemudian melakukan pemutakhiran informasi dan menyebut gempa tersebut berkekuatan 7 SR dan berpotensi tsunami.

Okupansi Hotel di Lombok Turun 70%

Foto: Rachman Haryanto
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Abdul Hadi Faishal menyebut, pasca bencana tersebut okupansi hotel turun hingga 70% per hari Senin.

"Justru karena isu tsunami yang eksodus ada 70% dan yang check in 20% karena kan kita biasanya sebaliknya kalau nggak ada gempa dengan tingkat okupansi hotel kita ini tertinggi secara nasional," kata dia kepada detikFinance.

Sebelumnya dilaporkan sekitar 25% sistem listrik di Lombok masih padam di kawasan Lombok. Kondisi ini sudah jauh lebih baik karena dari total beban pelanggan PLN terlayani 99 MW, hingga senin malam masih tersisa 50 MW atau sekitar 50% masih padam.

Gempa Lombok Ganggu Target Kunjungan Wisatawan Mancanegara

Foto: Dok. REUTERS/Beawiharta
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan bencana gempa yang terjadi di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) memberikan dampak terhadap target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia.

Dia menyebut, penurunan angka turis sudah sekitar 100.000 orang jika dihitung sejak 29 Juli 2018.

"Kemungkinan mengganggu, kalau kita hitung waktu tanggal 29 (Juli), yang kejadian pertama itu sekitar 100.000 orang berkurangnya. Kalau dulu yang Bali 1 juta orang waktu Gunung Agung," kata Arief di Komplek Istana, Jakarta Pusat, Selasa (7/8/2018) kemarin.

Meski target kunjungan wisman akan terganggu, namun Arief tetap berusaha merealisasikan target kunjungan sampai akhir tahun semaksimal mungkin.

"Kira-kira berkurang sedikit lah. Kalau tahun ini targetnya 17 juta, 16 juta aman lah. Jadi kira-kira 94% aman. Mungkin 94-95% bisa tercapai," tambah dia.

Dia mengaku, upaya yang akan dilakukan pemerintah untuk tetap mengejar target kunjungan wisman ke Indonesia dengan mempercepat pemulihan di wilayah terdampak bencana.

Saat ini, waktu tanggap darurat gempa 7 skala richter (SR) di Lombok ditetapkan selama tiga minggu pasca kejadian. Adapun, jumlah turis di Lombok untuk penerbangan langsung tidak begitu banyak, tetapi jika penerbangan tidak langsung sekitar 2 juta orang.

"Kita optimis recovery yang seperti ini tidak terlalu lama, contohnya Bali itu sekitar tiga bulan sudah selesai. Kalau ini tanggap daruratnya kita tetapkan tiga minggu," tutup dia.

Halaman 2 dari 5
(ara/ara)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads