Bicara mengenai bambu, sebenarnya menarik jika dilihat dari sisi bisnis. Sebab, produk bambu punya peluang besar untuk ekspor.
Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur mengatakan, produk furnitur bambu yang diekspor masih kecil. Dari skala volume, produk furnitur bambu masih di bawah produk furnitur lain yang berasal dari kayu, rotan, dan besi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nilai ekspornya pun masih kecil. Abdul mengatakan ekspor furnitur dari bambu hanya US$ 15 juta per tahun. Angka ini jauh dibanding ekspor furnitur dari kayu.
"Kalau hitungan kami data Himki tidak sampai US$ 15 juta per tahun. Berarti Rp 200 miliar. Kalau kayu US$ 1,2 miliar kira-kira Rp 20 triliun," ujarnya.
Padahal, bahan baku bambu sangat melimpah di Indonesia. Berbeda dengan kayu, bambu 4 tahun bisa dipanen.
"Kalau kita mau jujur bambu produk paling sustain ini poinnya artinya dia bisa ditanam di Indonesia di manapun tempatnya terutama di wilayah tropikalnya di Jawa Barat di Priangan atau Jawa Tengah itu sangat subur bahkan 4 tahun bisa panen. Kalau di Eropa misal tanam kayu bisa 80 tahun umurnya, Indonesia sengon 4 tahun bisa panen, bambu juga begitu," jelasnya.
Namun, dia bilang, untuk mendorong ekspor produk bambu perlu pengembangan dari sisi alat produksi, riset, hingga desain.
"Bukan hanya alat, teknologi, riset pengetahuan masih minim dari pengawetan, pengolahan. Bukan hanya meja kursi, bahkan untuk bangunan untuk dinding sudah bisa bambu," tutupnya.
Saksikan juga video ' Anies Pamer Karya Seni Bambu di Bundaran HI ':
(ang/ang)