Perjalanannya dimulai dari Pasar Klewer, Solo, dimana sang ayah, Almarhumah Muhammad Lukminto mempunyai toko tekstil. Iwan kecil yang kala itu baru berusia 5 tahun, ditempa oleh sang ayah untuk mengenal dunia bisnis sedini mungkin.
"Saya sudah mendapatkan knowledge lah dari ayah saya dari mulai kecil. Jadi ikutin bapak, ibu juga di kantor, pas dagang di pasar Klewer, pada waktu itu tahun 1980an," kata Iwan dalam sesi wawancara khusus dengan detikFinance, di Jakarta, Selasa (21/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iwan yang menghabiskan masa kecilnya di Solo, lebih banyak mendapatkan pendidikan dari orangtua, khususnya sang ayah ketimbang di bangku sekolah. Pendidikan yang dia dapat dari sang ayah dalam arti pendidikan etika, hingga menjalin relasi dengan orang-orang.
"Dan ayah saya tidak segan segan membawa anaknya melihat bekerja. Jadi involvement-nya (keterlibatannya) itu luar biasa orangtua saya," paparnya.
Dia mengatakan, dalam mendidik, sang ayah terbilang tegas dan disiplin. Bahkan semasa kanak-kanak, Iwan harus menyisihkan sebagai waktunya untuk bermain. Tujuannya untuk menuntun anak-anaknya menjadi pribadi sukses.
"Main itu kan boleh, tapi kan harus lihat bagaimana sih nanti kamu hidup, cari nafkah itu bagaimana, kan harus tahu. Jadi jangan sampai nanti kamu kaget cari nafkah itu sulit loh. Di situ lah dikasih suatu pendidikan atau knowledge," lanjutnya.
Singkat cerita, Iwan yang beranjak dewasa menempuh pendidikan tinggi di Amerika Serikat (AS). Setelah pendidikannya beres dia kembali ke Indonesia. Di Indonesia Iwan mulai terlibat di Sritex yang masih dipimpin oleh sang ayah.
Saat itu, bisnis Sritex sudah kian bertumbuh, dari yang awalnya hanya toko tekstil di Pasar Klewer, akhirnya punya pabrik sendiri. Tepatnya sekitar 1997, Iwan resmi bergabung di Sritex.
"Itu bermula dari analis istilahnya, analisis Sritex. Jadi mendampingi ayah, setelah itu baru dikasih kepercayaan lah, asisten direktur lah. Dari kepercayaan itu, 2 tahun kemudian jadi wakilnya," paparnya.
Seiring waktu berjalan, Iwan semakin dipercaya mampu mengelola dengan baik bisnis yang dirintis ayahnya itu. Berbuah hasil, pada 2003, Iwan diberi amanah untuk memimpin Sritex di puncak jabatan tertinggi yang masih dipegangnya hingga kini.
"Setelah itu, di 2003 mulai saya take over jadi presiden direktur sampai sekarang," jelasnya.
Iwan mengaku tanpa ragu mengemban jabatan tertinggi di Sritex. Bahkan di bawah kendalinya, bisnis Sritex terus tumbuh. Misalnya produk bertambah banyak, negara tujuan ekspor semakin luas. Jumlah pegawai Sritex pun meningkat dari 10 ribu menjadi 50 ribu orang.
"Sritex Tbk, saya masuk itu omzetnya paling US$ 50 juta per tahun. Sekarang tahun ini hampir US$ 1 miliar," tambahnya. (dna/dna)











































