Dampak Urbanisasi, Warga Desa Diprediksi Tersisa 35% di 2045

Dampak Urbanisasi, Warga Desa Diprediksi Tersisa 35% di 2045

Tia Reisha - detikFinance
Jumat, 31 Agu 2018 16:43 WIB
Foto: Wikha Setiawan/detikcom
Jakarta - Urbanisasi yang terus terjadi bisa menambah kemungkinan berkurangnya warga yang tinggal di desa demi mengadu nasib di kota. Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Sekjen Kemendes PDTT) Anwar Sanusi pun yakin jika tidak diantisipasi, pada 2045 jumlah penduduk desa hanya akan tersisa 35%.

"Potret urbanisasi, data dari statistik, sebanyak 1,2% setiap tahun. Sehingga kalau tidak ada intervensi konkret, tahun 2045 kita bisa estimasikan bahwa orang yang akan tinggal di desa hanya tinggal 35%," ujarnya di Jakarta, Jumat (31/8/2018).

Ia mengatakan masyarakat desa yang melakukan urbanisasi tersebut mengadu nasib ke kota dengan bekal pengetahuan yang minim. Hal tersebut, menurutnya, akan berpotensi menambah jumlah angka kemiskinan di kota.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menurut saya, dihadirkannya Undang-Undang Desa, kemudian dengan disalurkannya dana desa adalah upaya optimal untuk mengubah potret dan stigma negatif tentang desa. Kita buktikan bahwa desa adalah wilayah penuh harapan sehingga yang awalnya orang ingin ke kota, suatu saat justru orang kota yang ingin pergi ke desa," jelasnya.


Anwar juga mengatakan jumlah dana desa yang bergulir sejak tahun 2015 tak sedikit, yakni sebesar Rp 20 triliun pada 2015, Rp 46,9 triliun pada 2016, Rp 60 triliun pada 2017, dan Rp 60 triliun pada 2018. Rencananya, dana desa 2019 akan meningkat menjadi Rp 73 triliun.

"Tahun depan dana desa akan ditingkatkan menjadi Rp 73 triliun. Dengan begitu, dana desa yang digulirkan selama 5 tahun jumlahnya cukup besar yakni Rp 260 triliun," ungkap Anwar.

Ia pun yakin dana desa mampu memberikan perubahan wajah yang konkret bagi desa dan mampu mengubah stigma desa yang dianggap sebagai daerah miskin.

"Suatu saat, (kalimat) 'wong ndeso (orang desa)' akan menjadi atribut yang prestigious (bergengsi). Kalau sekarang, 'alah wong ndeso', suatu saat akan berbalik, 'alah wong kuto (orang kota)'," candanya.

(idr/hns)

Hide Ads