Seperti dialami pemilik Saung Mainan, Daud, gara-gara dolar AS tinggi, porsi mainan yang dia impor berkurang 10-15%.
"Sekali impor mungkin US$ 3.000-5.000, kurang lebih sebulan sekali. (Karena dolar AS sedang tinggi) barangnya lebih sedikit, barang yang diimpor 10-15% berkurangnya," kata dia kepada detikFinance ditemui di pameran mainan Battle Of The Toys (BOTT), Jakarta International Expo atau JIExpo Kemayoran, Minggu (9/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mainan yang dia impor untuk kebutuhan dagang terdiri dari beragam merek, mulai dari Hasbro, Mattel, hingga McFarlane. Mainan-mainan tersebut dia impor dari Singapura, hingga Amerika Serikat.
Selain itu, keuntungan yang dia peroleh karena dolar AS sempat tembus Rp 14.900 juga tergerus. Dia mengaku margin yang dia terima rata-rata turun 5-10% dari tiap mainan impor yang dijual.
"Pastinya, dampaknya pasti mengurangi margin sesuai dolarnya saja naiknya berapa, kira kira mungkin 5-10%," tambahnya.
Sementara penjual mainan impor dari Toy Box, Julius memilih menyesuaikan harga mainan yang dia jual dalam menghadapi penguatan dolar AS. Hal itu dilakukan demi menjaga margin.
"Kita juga agak sesuain naiknya, jangan terlalu tinggi, tapi jangan terlalu mepet ke kita biar win win sama pembeli," tambahnya.
Saksikan juga video 'Pajak Impor 1.174 Barang Konsumsi Naik Hingga 10%': (dna/dna)