Jakarta -
Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah belakangan ini mengelami penguatan dan nyaris menyentuh Rp 15.000. Kondisi ini membuat pelaku usaha yang menjual barang impor terdampak negarif.
Menguatnya dolar AS membuat harga barang-barang impor naik, termasuk mainan. Omzet penjual mainan impor pun tergerus akibatnya.
Di samping itu, naiknya harga mainan impor karena dolar AS menguat membuat porsi impor mainan oleh pedagang berkurang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, bagaimana nasib mereka di tengah perkasanya dolar AS? simak berita selengkapnya.
Mainan impor terdampak oleh pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Harga mainan yang dipasok dari luar negeri terpaksa naik karena mengikuti penguatan dolar AS.
Penjual mainan impor dari Toy Box, Julius mengaku gara-gara dolar AS menguat harus menaikkan harga mainan impor.
"Otomatis harga semua naik, terpaksa mau nggak mau terpaksa harus naikkan harga jual. Kalau naik dolar ngaruh ke penjual kayak kita yang jual barang impor," kata dia ditemui di pameran mainan Battle Of The Toys (BOTT), Jakarta International Expo atau JIExpo Kemayoran, Minggu (9/9/2018).
Dia menyampaikan, sejak sebulan ini di mana dolar AS trennya menguat, harga mainan sudah naik sekitar 10%.
"Mungkin nggak banyak, (kenaikan harga) paling 10% saja, karena dolarnya naiknya nggak banyak, kalau bulan lalu sudah Rp 14.600, cuma naik Rp 300-400 perak," sebutnya.
Kenaikan harga mainan, lanjut dia tergantung saat diimpor nilai tukar rupiah berada di posisi berapa terhadap dolar AS.
Tingginya dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah menghantam pelaku usaha yang berjualan produk impor. Pasalnya dengan naiknya dolar AS, harga barang impor ikut melonjak.
Seperti dialami pemilik Saung Mainan, Daud, gara-gara dolar AS tinggi, porsi mainan yang dia impor berkurang 10-15%.
"Sekali impor mungkin US$ 3.000-5.000, kurang lebih sebulan sekali. (Karena dolar AS sedang tinggi) barangnya lebih sedikit, barang yang diimpor 10-15% berkurangnya," kata dia kepada detikFinance ditemui di pameran mainan Battle Of The Toys (BOTT), Jakarta International Expo atau JIExpo Kemayoran, Minggu (9/9/2018).
Mainan yang dia impor untuk kebutuhan dagang terdiri dari beragam merek, mulai dari Hasbro, Mattel, hingga McFarlane. Mainan-mainan tersebut dia impor dari Singapura, hingga Amerika Serikat.
Selain itu, keuntungan yang dia peroleh karena dolar AS sempat tembus Rp 14.900 juga tergerus. Dia mengaku margin yang dia terima rata-rata turun 5-10% dari tiap mainan impor yang dijual.
"Pastinya, dampaknya pasti mengurangi margin sesuai dolarnya saja naiknya berapa, kira kira mungkin 5-10%," tambahnya.
Omzet penjual mainan impor tergerus akibat pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) beberapa waktu terakhir. Turunnya omzet dipengaruhi oleh naiknya harga mainan impor seiring penguatan dolar AS.
Pemilik toko mainan Fhieray Toys, Firdaus, menyampaikan omzetnya turun semenjak dolar AS terus menguat terhadap rupiah. Hingga kini omzetnya sudah turun 10%. Pasalnya naiknya harga mainan membuat konsumen menahan belanja mainan.
"Mungkin kalau dolar naik, harga barang naik, jadi orang malas beli, dipending dulu koleksinya, penurunan penjualan kira kira 10%," katanya kepada detikFinance ditemui di pameran mainan Battle Of The Toys (BOTT), Jakarta International Expo atau JIExpo Kemayoran, Minggu (9/9/2018).
Kenaikan harga mainan yang terdampak dolar AS, menurut dia bervariasi, tergantung kapan impor dilakukan dan saat mata uang dolar AS berada di kisaran berapa. Firdaus juga tak mau menyebutkan nominal omzetnya.
"Naiknya nggak pasti juga karena harga sampai di Indonesia pas kurs berapa," sebutnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman