Proses dari izin tersebut dilakukan bertahap, pada skema awal pemerintah meminta izin impor beras sebanyak 500.000 ton kemudian ditambah lagi 500.000 ton baru kemudian pemerintah melalui Rapat Koordinasi menentukan lagi penambahan beras sebesar 1 juta ton.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, membeberkan alasan soal alasan mengapa Indonesia harus mengimpor beras. Ia menjelaskan kondisi yang sebenarnya dari stok beras di dalam negeri belum bisa memenuhi konsumsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan saat ini produksi beras lokal yang menjadi stok pemerintah terbatas. Jika barang terbatas maka siapapun tidak bisa mengendalikan harga.
"Ada supply dan demand, bagaimana kita bisa mengendalikan harga pada saat sisi suplainya itu terbatas dan pasar itu nggak bisa dibohongi. Kita harus impor," jelas dia.
Selain itu Enggar menjelaskan, ada alasan lain mengenai suplai produksi beras yang saat ini terbatas. Yaitu karena alih fungsi lahan sawah yang saat ini semakin gencar dilakukan.
"Permasalahannya adalah, konversi lahan. Alih fungsi lahan dari pertanian menjadi lahan perkotaan itu jauh lebih cepat. Dibandingkan dengan mengganti lahan tani, untuk menciptakan lahan tani baru cepat penciptaan sebuah kota dan itu sudah terjadi sejak dulu," kata dia.
Beberapa proyek pembangunan kota seperti pembangunan pelabuhan, bandara sampai infrastruktur, turut menyumbang pengurangan lahan sawah di Indonesia.
Dampaknya tampak dengan "pembangunan infrastruktur, kita lihat juga di perkembangan di kawasan industri. Pembangunan fasilitas seperti, pelabuhan, airport itu berdampak pada alih fungsi lahan. Ambil contoh Kertajati itu sawah. Ini fakta yang ada yang menjadi persoalan," jelas dia.
Ia menjelaskan kesepakatan akan adanya impor beras dilakukan setelah adanya Rapat Koordinasi antar menteri.
"Keputusan yang diambil, pada waktu bulan Juli dan Agustus di kantor Wakil Presiden Jusuf Kala adalah, kalau stok Bulog di bawah 1 juta ton dan kenaikan harga beras di atas 10% maka kita harus impor," ujar dia.
Enggar juga menjelaskan, langkah impor besar yang dilakukan Indonesia juga pernah dilakukan pada masa pemerintahan sebelumnya.
Yaitu pada tahun 2013-2014, Indonesia pernah mengimpor beras sebanyak 2,5 juta ton untuk meredakan gejolak harga di pasaran.
"Tahun 2013 -2014 Indonesia pernah impor beras sebesar 2,5 juta ton. 2015- 2016 kita impor 1,5 juta ton. Kemudian memang dari impor dan produksi yang ada 2016 akhir 2017 awal menjelang akhir kita cukup. Tapi, di saat akhir memang ada kekurangan, ya (akhirnya) kita impor," kata dia.
Saksikan juga video 'Blak-blakan Mendag: Impor Beras hingga Garam':
(dna/dna)











































