Menurut Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, hal ini dikarenakan sentra-sentra penggilingan lebih suka menggiling gabah menjadi beras premium ketimbang beras medium. Ternyata, hal itu bukan tanpa alasan.
Pengamat Pertanian IPB Dwi Andreas menjelaskan, dengan kopndisi saat ini, menggiling gabah menjadi beras medium bukan lah hal yang menguntungkan. Bagaimana tidak, dengan harga gabah yang sebesar Rp 5.020/kg, proses penggilingan akan menghasilkan beras medium dengan harga Rp 12.000/kg di tingkat konsumen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, pemerintah telah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) untuk beras medium adalah Rp 9.450. Tentu pelaku usaha akan mengalami kerugian bila memaksakan menjual beras medium saat ini sesuai dengan HET tersebut.
Hal ini lah yang mendasari sentra-sentra penggilingan akhirnya lebih memilih menggiling gabah menjadi beras premium ketimbang beras medium.
"Karena kalau mengikuti HET dan berusaha (menggiling) di medium itu tidak menguntungkan, malah merugikan. Jadi (digiling) ke premium," papar dia.