Black Friday: Konsumen Untung, Pengusaha Buntung?

Black Friday: Konsumen Untung, Pengusaha Buntung?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 23 Nov 2018 16:18 WIB
Foto: GettyImages
Jakarta - Black Friday memang menjadi kabar baik bagi konsumen, para pengusaha akan berlomba memberikan potongan harga untuk menarik konsumen. Namun, hal ini bisa jadi berita buruk untuk bisnis.

Dikutip dari CNBC.com, menurut sebuah studi oleh Refinitiv yang bekerja sama dengan StyleSage Co, sekitar 63% barang yang dijual di department store seperti Macy's dan Lord & Taylor akan didiskon tahun ini, atau naik dari 60% dari tahun lalu.

Studi ini menemukan pengecer juga lebih agresif mengirim email promosi menuju ke Black Friday. Sebanyak 6,85 pesan didistribusikan per pengecer per minggu, dibandingkan dengan 7,09 selama periode yang sama tahun lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rata-rata promosi yang disorot adalah 40,8% dari harga stiker, Refinitiv mencatat jumlah ini naik 38,9% dari tahun lalu.

"Semua orang khawatir tentang apa yang sedang dijual, tetapi yang menarik adalah apa yang tidak dijual," kata analis Refinitiv, Jharonne Martis.



Dia mengatakan beberapa barang liburan seperti sweater dan pakaian renang, memiliki jumlah diskon yang rendah.

"Ini menunjukkan bahwa pengecer mengiming-imingi pembeli dengan promosi lainnya, dan berharap mereka akan membayar harga penuh untuk barang-barang liburan. Jika mereka berhasil, ini dapat membantu meningkatkan margin," katanya.

Kalangan analis memperkirakan, terlalu banyak kegiatan promosi akan membebani keuntungan. Meskipun penjualan dengan harga miring dapat menarik pembeli ke toko, menjual terlalu banyak dengan harga rendah juga tak akan membantu meningkatkan pendapatan perusahaan.

Pengecer seperti Walmart dan Target misalnya, menghadapi tekanan marjin karena peningkatan investasi dalam rantai pasokan mereka untuk mengimbangi Amazon dalam mendapatkan pesanan online kepada pelanggan. Harga saham mereka baru-baru ini bahkan anjlok karena hal ini.

(eds/eds)

Hide Ads