SBY Akui Tahun 2005 Adalah Masa Sulit Ekonomi
Selasa, 30 Agu 2005 13:29 WIB
Jakarta - Bayangan terjadinya krisis ekonomi agaknya sudah berada di depan mata. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun mengakui, tahun 2005 ini adalah tahun sulit perekonomian Indonesia."Tingginya harga minyak dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS menjadi hambatan upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil dan tinggi. Tahun 2005 adalah tahun yang tersulit dari pemerintahan saya," kata SBY saat membuka membuka 30third Indonesia Petroleum Association Convention di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Senin (30/8/2005).Namun begitu, kata SBY, pemerintahannya akan tetap memikirkan kesejahteraan rakyat miskin. "Saya garis bawahi pemerintah tetap mengedepankan kesejahteraan rakyat miskin," ungkapnya.SBY mengungkapkan, tahun 2005 dikatakan sebagai tahun tersulit itu dikarenakan pemerintahannya tak hanya berkonsentrasi memobilisasi energi dengan harga minyak tinggi, masalah BBM, subsidi BBM dan APBN. Pemerintah juga juga melakukan upaya mengerem pelemahan rupiah dan berupaya menstimulasi pertumbuhan ekonomi. "Selain itu juga bagaimana meningkatkan ekspor, dan investasi dengan menciptakan iklim yang kondusif," katanya.Upaya mengurangi kemiskinan akan dilakukan pemerintah dengan merevitalisasi pertanian dalam pembangunan ekonomi yang riil. Per tahunnya sektor migas memberi kontribusi terhadap cadangan valuta asing sebesar US$ 9 miliar per tahun yang masih menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Dalam kondisi seperti ini kita akan gunakan energi alternatif gas dan berupaya meningkatkan penerimaan sektor nonmigas," ungkapnya.Pemerintah, lanjut SBY, akan berusaha menciptakan lingkungan dalam negeri yang damai untuk memberi kepastian kepada investor dalam menjalankan bisnis di Indonesia. "Saya akui banyak tantangan, tapi pemerintah punya komitmen kuat untuk tingkatkan situasi kondusif termasuk untuk iklim migas dan industri lainnya," urainya."Kita saat ini bekerja keras membuat formulasi dan implementasi kebijakan yang benar dalam subsidi dan harga BBM," ujar SBY.
(mar/)