Para peserta aksi mengkritisi perpanjangan kontrak pelabuhan peti kemas terbesar di Indonesia JICT-Koja (2015-2038) kepada Hutchison Hong Kong.
"Kami rencananya mulai jam 8, tapi sampai sekarang orangnya belum kumpul semua," kata Kordinator Lapangan Zul, Senin (17/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Puluhan Pegawai JICT Demo di Kantor Rini |
SP JICT menyebutkan bahwa rencana perpanjangan kontrak tidak pernah dimasukkan ke dalam Rencana Kerja dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Mekanisme pemilihan mitra Hutchison disebut penyalahgunaan wewenang dan manajemen JICT-Koja dengan mengesampingkan opsi pengelolaan kedua pelabuhan peti kemas secara mandiri.
SP JICT juga memprotes adanya PHK massal dan perekrutan secara outsourcing.
Para Demonstran Dirikan Tenda
Dalam aksi protes tersebut, telah terpasang tenda yang akan didiami oleh para demonstran setiap hari.
"Nanti kita inepin setiap hari, 24 jam, kalau perlu hingga tuntutan terpenuhi," jelas Kordinator Lapangan Zul di depan gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (17/12/2018).
Baca juga: Pekerja JICT Kembali Berunjuk Rasa |
Ia mengatakan kalau tenda ini akan ditempati hingga 50 orang. Pergantian orang juga akan dilakukan setiap tiga jam per hari.
"Nanti itu sampai 50 orang lah, ganti-ganti nanti tiap tiga jam 50 orang setiap hari," tambahnya.
Selain mengkritisi perpanjangan kontrak dengan perusahaan asing. Aksi ini juga dilakukan untuk protes terhadap PHK massal dan outsourcing yang melanggar aturan. (ara/fdl)