Inflasi Desember Diprediksi Lebih Tinggi dari November 2018

Inflasi Desember Diprediksi Lebih Tinggi dari November 2018

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 02 Jan 2019 09:42 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi Desember 2018 hari ini. Penyebab inflasi biasanya dihitung dari permintaan bahan makanan hingga transportasi baik darat, udara maupun laut.

Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi inflasi pada Desember 2018 diperkirakan 0,35% hingga 0,55%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan November 2018 sebesar 0,27%, namun lebih rendah dari inflasi Desember 2017 sebesar 0,71%.

"Faktornya secara musiman memang ada kenaikan permintaan di bahan makanan, makanan jadi dan komponen transportasi. Pengeluaran masyarakat cenderung naik ditambah dengan realisasi belanja pemerintah akhir tahun," kata Bhima saat dihubungi, Rabu (2/1/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengungkapkan pengeluaran masyarakat juga cenderung naik ditambah dengan realisasi belanja pemerintah akhir tahun. Kemudian untuk sektor transportasi ada kontribusi dari bahan bakar pesawat atau avtur yang mengalami kenaikan, sehingga tiket pesawat juga lebih mahal.

"Jadi total inflasi pada 2018 berada di kisaran 2,8% hingga 3,1%," jelas dia.


Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah memperkirakan angka inflasi Desember 2018 masih mengikuti pola-pola tahun yang lalu. Meningkat dibanding November 2018 karena adanya natal dan tahun baru.

"Inflasi secara bulanan 0,5%-0,7% atau jika tahunan 3,1% - 3,2%. Sektor utama pendorong inflasi adalah pangan, transportasi, komunikasi serta jasa keuangan. Semuanya sangat terkait dengan event natal dan tahun baru," imbuh Piter.

Sebelumnya Bank Indonesia (BI) memprediksi angka inflasi Desember 2018 sebesar 0,56%. Sedangkan untuk tahunan 3,07%. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut prediksi ini lebih rendah dibandingkan perkiraan BI 3,2%.

Pemicu inflasi versi BI adalah transportasi udara, telur ayam dan daging ayam.

"Secara keseluruhan inflasi tetap terkendali, tahun depan kami optimis bisa terkendali di kisaran 3,5% plus minus 1%," ujar Perry.

(kil/eds)

Hide Ads