Ekspor China Desember 2018 Terburuk Sejak 2 tahun Terakhir

Ekspor China Desember 2018 Terburuk Sejak 2 tahun Terakhir

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 15 Jan 2019 12:54 WIB
Foto: Internet/ebcitizen.com
Jakarta - Industri ekspor China baru saja mengalami bulan yang terburuk dalam dua tahun terakhir. Namun masih berhasil mencatat surplus perdagangan dengan Amerika Serikat pada tahun 2018 meski ada perang dagang.

Melansir CNN, Selasa (15/1/2019), nilai barang yang dikirim dari Tiongkok ke seluruh dunia turun lebih dari 4% pada Desember 2018 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Itu merupakan kinerja bulanan terburuk untuk sektor ekspor China dalam lebih dari dua tahun, dan penurunan tahun-ke-tahun pertama sejak Maret 2018. Padahal menurut survei yang dilakukan Reuters terhadap para Ekonom memperkirakan bahwa ekspor China akan naik sedikit pada bulan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun bulan lalu kondisinya suram, China untuk tahun kedua terus mencatat surplus perdagangan dengan Amerika Serikat pada 2018. Perdagangan China dengan AS tercatat surplus US$ 323 miliar. Presiden Donald Trump sebelumnya mengatakan bahwa perdagangan dengan China tidak adil.


Amerika Serikat bahkan memiliki perkiraan yang lebih besar dari kesenjangan itu, dengan angka-angka terbaru dari biro sensus AS menunjukkan defisit perdagangan US$ 345 miliar dengan China pada tahun 2018.

Tarif AS untuk barang-barang China senilai US$ 200 miliar dimulai pada bulan September 2018. Tetapi sampai sekarang tampaknya hanya berdampak kecil pada ekspor yang masih terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Analis mengatakan ini karena importir AS bergegas melakukan pembelian barang-barang Cina untuk mengalahkan kenaikan tarif yang diantisipasi pada Januari 2019.

Tapi lonjakan itu sekarang telah memudar, dan bisa turun lebih lanjut menyusul kesepakatan baru-baru ini antara Trump dan Presiden China Xi Jinping untuk sementara waktu menangguhkan kenaikan tarif lebih lanjut.



"Dalam beberapa bulan ke depan kita kemungkinan akan melihat beberapa pengembalian dari kekuatan sebelumnya dalam ekspor," kata Raymond Yeung, seorang ekonom di bank investasi ANZ.

Optimisme bahwa dua negara ekonomi terbesar di dunia itu dapat mencapai kesepakatan tentang perdagangan telah meningkat sejak pembicaraan di Beijing selesai pekan lalu. Periode 90 hari yang ditetapkan oleh Amerika Serikat dan China untuk menyetujui persyaratan perdagangan berakhir pada bulan Maret, ketika ancaman tarif baru akan mulai berlaku.

Sementara perekonomian Tiongkok lebih mengkhawatirkan daripada perang dagang. Ekspor ke negara-negara selain Amerika Serikat melambat, yang menurut para ahli disebabkan oleh melemahnya permintaan karena penurunan ekonomi global.

Tanda-tanda stres dalam ekonomi Tiongkok berlipat ganda. Pertumbuhan ekonomi terus turun ke level terendah sejak krisis keuangan 2008 pada kuartal yang berakhir September 2018. Sementara indikator lain seperti keuntungan industri dan inflasi telah memerah dalam beberapa pekan terakhir.

Meskipun angka Desember mengecewakan, 2018 sebenarnya merupakan tahun yang cukup baik bagi eksportir Cina. Untuk seluruh tahun, penjualan barang-barang China di luar negeri naik 10% dalam dolar AS dibandingkan dengan 2017. (das/zlf)

Hide Ads