Dia menerangkan, investasi di Indonesia menantang lantaran dihadapkan pada ketidakpastian isu perdagangan, suku bunga di Amerika Serikat (AS), serta volatilitas arus modal. Meski, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini terjaga di kisaran 5%.
"Ini semua menciptakan ketidakpastian tapi juga kesempatan," katanya di Menara BPTN Jakarta, Jumat (1/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menerangkan, perkembangan kelas menengah menjadi peluang bisnis. Sebab, perkembangan kelas menengah memicu perkembangan korporasi.
"Perkembangan kelas menengah kita yang meningkat terus berarti ada perkembangan segmen korporasi yang small and medium, dan juga masyarakat midle class yang harus bisa dilayani," ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, cepatnya perkembangan teknologi juga menjadi peluang. Sebab, perkembangan teknologi memicu segmen bisnis ritel, travel, dan seterusnya. Di sisi lain, masih banyak masyarakat yang belum terlayani bank.
Baca juga: BTPN Merger dengan Bank Sumitomo |
Perkembangan teknologi ini menjadi peluang untuk menggaet masyarakat masuk sistem perbankan.
"Walaupun sudah 5% GDP, per kapita (pendapatan) mendekati US$ 4000 tapi banyak segmen di bawah yang belum terlayani," tutupnya.
Simak juga video '2019, Mendag Optimistis Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Capai 7,5%':
(dna/dna)