Dalam hal ini, Indonesia berada di atas Amerika, Meksiko, India, Rusia hingga Spanyol, dan di bawah Tiongkok, Korea, Cina, Jerman sampai Jepang. Airlangga juga memaparkan PDB industri UMKM dalam periode 2015 hingga 2018 mendapat pertumbuhan positif.
"Rataan pertumbuhan industri pengolahan non migas periode 2015-2018 adalah 4,87 persen dengan nilai PDB pada tahun 2018 Rp 2.555,8 triliun," ujar Airlangga saat menghadiri Seminar Nasional Pengembangan UMKM dan Workshop Menembus Pasar Digital di Hotel Sheraton Surabaya, Kamis (7/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, dia menyebut untuk industri dengan pertumbuhan tertinggi yakni industri makanan dan minuman. Disusul oleh industri tekstil, perhiasan, logam hingga alat angkut.
"Untuk distribusi rataan industri dengan pertumbuhan tertinggi adalah makanan dan minuman pada angka 8,71% dan yang masih belum optimal industri tekstil dan pakaian jadi yaitu 1,64 persen," papar Airlangga.
Selain itu, Airlangga menegaskan jika ada pengamat yang menyebut kontribusi Indonesia masih rendah dan di bawah 30%, berarti pengamat tersebut tak paham. Pasalnya, Tiongkok yang mencapai urutan pertama saja, kontribusinya masih di bawah 30%.
Airlangga mengatakan kritik pengamat tersebut justru menjadi pemicunya untuk memperbaiki diri hingga meningkatkan urutan.
"Kalau ada pengamat bilang kontribusi manufaktur kita masih di bawah 30%, ternyata di dunia tidak ada yang di atas itu. Sekalipun Tiongkok masih 28,8%," pungkasnya. (dna/dna)