Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menerangkan, pihak maskapai memang menyatakan tidak ada kenaikan harga. Tapi, tiket tetap saja mahal karena maskapai justru memangkas promo dan menerapkan tarif bagasi.
"Harga tiket kita ini kenyataannya ada kenaikan walaupun di dalam acara PHRI saya sampaikan seperti Garuda nggak pernah bilang harga naik, tapi menghilangkan tiket promo," katanya di Gedung Permata Kuningan Jakarta, Rabu (13/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Demikian juga dengan Lion Air kenaikan tiket relatif nggak seberapa, bagasi berbayar naiknya rata-rata standar 15-20 kg itu juga 40% juga naiknya. Nah, sampai banyak yang mengeluh harga barang yang mau dibawa sama harga bagasinya, mahalan bagasinya," tambahnya.
Dia mengimbau agar berbagai pihak yang berkaitan dengan harga tiket ini untuk mencari jalan keluar.
"Masalahnya di mana kalau memang Pertamina bilang harganya kompetitif, dicari masalahnya berarti di airlines dong, kalau airlines kenapa bisa begitu?" terangnya.
Hariyadi bilang, mahalnya harga tiket telah berimbas pada menurunnya tingkat keterisian hotel sebesar 20-40%. Padahal, tingkat keterisian hotel saat low season hanya sekitar 20-40%. Sehingga, keterisian hotel imbas tiket dan low season sekitar 25-30%.
"Nah dengan tiket ini akan drop lagi 20-40% dari 40%. Ya jadi 40% kurangi 40% aja, ya jadi 25-30% gitu, jadi drop lagi," tutupnya. (zlf/zlf)