Bahkan pada hal yang sangat kecil dan sederhana, dia mencontohkan potensi dari salah satu jasa ojek online yang dapat mengantarkan makanan.
"Kita sekarang sudah sering pake Go-Food. orang Jakarta misalnya mereka suka pesen Go-Food. Itu ada 95 juta box ayam geprek tahun lalu terkirim, itu aja cuma Go-Food coba bayangkan potensinya," kata Rudiantara saat melakukan diskusi pada acara Regional Investment Forum (RIF) 2019 di ICE BSD, Tangerang, Senin (11/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum lagi pada industri pariwisata, menurut Rudiantara untuk bisnis penyediaan hotel berbintang bisa mencapai US$ 6-7 miliar angkanya. Itupun belum terhitung hotel-hotel dengan tarif bawah.
"Digital ekonomi di pariwisata star hotel US$ 6-7 miliar. Itu baru penginapan berbintang, belum lagi hotel melati, ini kan sekarang reservasinya online, saya belum hitung lagi," pungkas Rudiantara.
Masih di industri pariwisata Rudiantara mengungkapkan penyedia jasa penerbangan pun memiliki potensi yang besar. Dia berani menaksir industri tersebut bisa bernilai hingga/
"Itu baru hotel, belom lagi transportasi udara, Garuda, Lion, Swjaya sudah diampu Garuda sekarang, terus AirAsia, semuanya, wellover US$ 10 miliar. Besar ini tuh dari pariwisata, dan ini juga yang paling cepat membuka lapangan kerja," ungkap Rudiantara.
Dengan segala potensi tersebut dia yakin industri ekonomi digital Indonesia bisa bertumbuh semakin pesat. "Tahun lalu ekonomi digital menurut perhitungan saya mencapai US$ 70 miliar, tahun 2020 saya taksir akan jadi US$ 130 miliar," tegasnya. (zlf/zlf)