Jakarta -
Pemerintah berencana mengeluarkan aturan ojek online (ojol) dalam waktu dekat. Dalam aturan itu, pemerintah akan mengatur sejumlah aspek, termasuk di dalamnya tarif.
Tapi, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah terkait besaran tarif ojol hingga saat ini. Sementara, sejumlah pihak mengaku telah mengusulkan tarif, salah satunya para driver.
Driver ojol mengusulkan tarif Rp 3.000/km. Angka itu diusulkan dengan sejumlah pertimbangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, berdasarkan informasi dari driver ojol, pemerintah menawarkan tarif lebih rendah. Berikut berita selengkapnya dirangkum
detikFinance:
Ketua Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia, Igun Wicaksono mengatakan, driver mengusulkan tarif ojol Rp 3.000/km. Usulan ini menimbang potongan jasa 20% dari aplikasi. Para driver sendiri menerima tarif dasar sekitar Rp 2.400.
Kemudian, tarif itu menimbang perawatan dan penyusutan kendaraan.
"Satu potongan jasa 20%, kedua perawatan kendaraan, terus penyusutan kendaraan kami kan setiap bulan rata-rata mengangsur kendaraan," katanya kepada detikFinance, Kamis (14/3/2019).
Selanjutnya, driver juga memasukkan komponen operasional di jalan, biaya pulsa dan kesehatan.
"Komponen-komponen itu (membuat) biaya jasa di Rp 3.000/km," ujarnya.
Igun menerangkan, dalam aturan ojol yang akan dikeluarkan pemerintah bakal memuat tarif minimal. Di mana, tarif minimalnya ialah Rp 12.000 untuk jarak hingga 5 km. Lebih dari 5 km, maka akan ditambahkan tarif per km.
"Kalau lebih 5 km kena tarif biaya jasa km yang tadi Rp 3.000/km," ujarnya.
Soal tarif ojol, Igun Wicaksono memberikan informasi mengenai penawaran pemerintah. Dia menyebut, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menawarkan tarif Rp 2.400 hingga Rp 2.800/km.
Tarif ini menimbang agar konsumen tidak terlalu terbebani sehingga beralih ke angkutan lain.
"Pak Menhub menawarkan kepada kami Rp 2.400 hingga Rp 2.800/km. Kami belum setuju, karena pertimbangan Kemenhub menjaga konsumen agar tidak lari, beralih angkutan," katanya.
Hal itu dibantah oleh driver. Igun menilai, kalaupun konsumen meninggalkan ojol sifatnya hanya sementara. Dia bilang, ojol menawarkan jasa poin ke poin yang tak dimiliki oleh angkutan jenis lain.
Dia yakin, konsumen akan kembali memakai ojol dengan pertimbangan praktis dan efisien.
"Karakteristik ini tidak ada di angkutan umum lain. Jadi pertimbangan konsumen memakai pertimbangan praktisnya, efisiensinya juga. Kami tidak khawatir konsumen lari dengan biaya jasa Rp 3.000/km," terangnya.
Manajemen GoJek belum bisa berkomentar banyak soal tarif ojol. Tapi, Michael Reza Say, VP Corporate Affairs GoJek berharap, tarif ini menjembatani kepentingan dari pengemudi, pengguna atau masyarakat, serta keberlangsungan industri.
"Kalau menyangkut soal tarif kami menaruh harapan agar pengaturan itu mempertimbangkan mitra pengemudi dan masyarakat selaku pengguna kami. Kalau itu diperhatikan tujuannya untuk keberlangsungan industri, ekosistem juga yang terkait jangka panjang," katanya.
Dia melanjutkan, saat ini GoJek sendiri memiliki 1,3 juta mitra. Menurutnya, aturan ini tentu akan memberikan dampak yang luas bagi semua pihak yang terlibat pada transportasi online ini.
Michael berharap, dalam aturan ini bisa menjawab kebutuhan masyarakat. Di sisi lain, pendapatan para pengemudi juga terjaga.
"Jadi kalau kita bilang pendapatan mitra yang harus dijaga, di sisi lain kebutuhan masyarakat yang harus dijawab. Kita coba cari cara-cara menemukan prinsip ekonomi, ada supply demand bisa ketemu. Kalau itu bisa terjaga, terakomodir harusnya bisa ketemu titik temu," terangnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman