Wakil Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo menilai tarif yang diusulkan oleh driver ojol masih bisa ditolerir oleh penggunanya.
"Ya sebenarnya range-nya antara Rp 2.400 sampai Rp 3.000/km masih reasonable (masuk akal)," katanya saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Rabu (20/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya tarif tersebut masih masuk akal jika asumsinya driver ojol menggunakan bahan bakar Pertamax yang saat ini harganya Rp 9.850/liter.
"Kalau hitungan teman-teman driver menghitung dengan (asumsi menggunakan) Pertamax, (tarif) Rp 3.000/km itu memang masuk akal," paparnya.
Namun pihaknya menekankan agar tarif ojol ini maksimal Rp 3.000. Jika lebih dari itu, konsumen yang akan terbebani dan ujung-ujungnya akan beralih ke moda transportasi lain.
"Tapi kalau lebih dari Rp 3.000, konsumen akan kabur, konsumen belum tentu akan menggunakan ojek online. Jadi harganya juga harus harga yang tadi, jadi kalau terlalu murah itu merugikan driver, tapi kalau terlalu tinggi, itu juga permintaannya bisa menurun," tambahnya.
Sementara itu, Kementerian Perhubungan saat ini masih mengkaji tarif ojol. Setidaknya ada dua usulan yang sedang dipertimbangkan Kemenhub.
Aplikator sendiri mengusulkan tarif Rp 2.000-Rp 2.100/km. Untuk nett-nya kemungkinan Rp 1.600/km. (dna/dna)