Melihat hal ini, Pengamat Penerbangan Alvin Lie menilai hal itu karena persiapan awal yang tidak matang. Menurutnya pembangunan Bandara Kertajati merupakan proyek yang mengabaikan aspek ekonomi. Sebab, tak ada konsultasi perencanaan untuk menghitung daya tarik baik dari masyarakat dan juga maskapai penerbangan.
"Kertajati itu pembangunan mengabaikan aspek ekonomi. Jadi saat membangun apakah tidak konsultasi dengan maskapai? Apakah sudah menghitung daya tarik siapa saja yang akan menggunakan jasa penerbangan karena itu ada hitung-hitungannya," kata dia kepada detikFinance, Rabu (3/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alvin pun mengungkapkan, beberapa penerbangan mengalami kerugian akibat membuka rute dari bandara tersebut. Pasalnya, berdasarkan informasi yang ia terima terdapat penerbangan dengan kapasitas 160 orang hanya terisi oleh 4-6 orang.
"Maskapai membuka rute baru dari Kertajati terbukti terbang beberapa kali rugi. Penumpang 4-6 orang dengan kapasitas 160 orang, itu kan rugi dan akhirnya memberhentikan rute," terang dia.
Dari beberapa rute yang ditutup tersebut ternyata juga berdampak pada sepinya gerai-gerai di dalam bandara. Alhasil, bandara Kertajati semakin dinilai tidak menarik bagi calon penumpang.
"Gedung terminal jadi sepi, tidak ada gerai-gerai, semakin tidak ada, semakin tidak menarik dan nggak ada apa-apa kan kalau lagi nunggu bandara," tutup dia.
(fdl/fdl)