Menurut Direktur Keuangan dan Umum BIJB Muhamad Singgih saat ini dari Bandara Kertajati sudah ada 10 rute yang aktif. Hanya saja, rata-rata okupansi penumpang hanya sekitar 30%.
"Iya masih rendah. Sejak beroperasi secara komersial dari semester dua 2018, okupansi memang belum terdongkrak naik. Secara rute memang sudah terbentuk lebih dari 10. Tapi load factor masih rendah, nggak lebih dari 30%," kata dia kepada detikFinance, Rabu (3/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Upaya terus dilakukan dengan daya dukung yang ada, sosialisasi dan publikasi lewat media. Sosialisasi ke seluruh Pemda-Pemda di catchment area, mensosialisaikan ke ASN, iklan radio di Cirebon dan di kota-kota tujuan rute, kegiatan rutin (jawara, gowes dsb), sosialisasi lewat medsos dan sebagainya," ungkapnya.
Dihubungi terpisah, Pengamat Penerbangan Alvin Lie menilai sepinya Bandara Kertajati dikarenakan persiapan yang tidak matang. Sebab, di awal pembangunan tak ada konsultasi perencanaan untuk menghitung daya tarik masyarakat serta maskapai.
"Kertajati itu pembangunan mengabaikan aspek ekonomi. Jadi saat membangun apakah tidak konsultasi dengan maskapai? Apakah sudah menghitung daya tarik siapa saja yang akan menggunakan jasa penerbangan karena itu ada hitung-hitungannya," tutup Alvin.