Ramai-ramai Bicara Ekonomi RI 5% Ndasmu

Ramai-ramai Bicara Ekonomi RI 5% Ndasmu

Hendra Kusuma - detikFinance
Selasa, 09 Apr 2019 06:26 WIB
Ramai-ramai Bicara Ekonomi RI 5% Ndasmu
Foto: Dok. BPN Prabowo-Sandiaga
Jakarta - Banyak tokoh pada akhirnya memberikan komentar terkait dengan umpatan 'ndasmu' yang dilayangkan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto. Ketum Partai Gerindra itu melayangkan umpatan tersebut saat mengkritik pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 5%.

Tokoh yang memberikan komentar mulai dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan, tokoh politik Partai Golkar, hingga pihak BPN yang menjelaskan alasan Prabowo melempatkan umpatan tersebut.

Berikut ulasannya:
Badan pemenangan nasionl (BPN) menjelaskan maksud dan tujuan umpatan 'ndasmu' yang dilontarkan oleh capres nomor urut 02 Prabowo Subianto.

Anggota Dewan Pakar BPN Drajad Wibowo mengatakan, umpatan tersebut bentuk kejengkelan Prabowo atas capaian ekonomi pemerintah yang selalu dinarasikan berhasil.

"Itu wujud kejengkelan Prabowo kepada narasi yang dipakai pemerintah bahwa PE 5% itu hebat. Sudah termasuk tertinggi di G20," ujar Drajad saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Senin (8/4/2019).

Drajad menceritakan, dari sejarah yang pada orde baru kecuali saat krisis ekonomi dan pemulihannya (1998-2004). Tidak pernah sekalipun Indonesia puas dan bangga dengan pertumbuhan 5%.

Drajad menceritakan, selama tiga dekade lebih kepemimpinan Presiden Soeharto, hanya 4 kali pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di bawah 5%. Yaitu tahun 1975, 1983, 1985 dan 1987. Itu pun, pada tahun 1975 dan 1987 angkanya 4,98% dan 4,93%.

Lebih lanjut Drajad mengungkapkan, pada tahun 1968 pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat dua-dijit, yaitu 10,92%. Namun, itu menjadi capaian tertinggi karena setelah itu kita tidak pernah lagi dua-dijit, hanya pada tahun 1980 pernah 9,88%.

Di masa krisis dan pemilihannya, Drajad menilai angka 5% tergolong mewah setelah bangkit dari pertumbuhan yang minus 13,13% pada tahun 1998.

Bahkan, selama 10 tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selalu berusaha mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan tidak pernah menganggap 5% sebagai capaian yang hebat.

Ekonom senior, Rizal Ramlimengatakan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto mampu membawa Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibandingkan capres petahana Joko Widodo (Jokowi).

Pria yang akrab disapa RR itu memaparkan, ekonomi di pemerintahan Jokowi cuma tumbuh di kisaran 5%, sedangkan Prabowo, lanjut Rizal Ramli bisa mendorong pertumbuhan ekonomi ke 8% jika terpilih nanti.

"Nah Prabowo pasti bisa delivery 8% economic growth, bahkan lebih tinggi. Jokowi bisanya cuma 5%. Kalau dia kepilih lagi 5 tahun lagi cuma 5%. Nggak mungkin lapangan kerja nambah, nggak mungkin upah naik," kata RR dalam acara Diskusi Bareng Aliansi Pengusaha Indonesia di Hotel Century Park, Jakarta, Senin (8/4/2019).

RR punya hitung-hitungan menggenjot pertumbuhan ekonomi. Pertama adalah menurunkan harga-harga, misalnya tarif listrik khususnya yang 900 volt ampere (VA). Berikutnya menurunkan harga beberapa produk pangan seperti beras, gula, dan daging.

Berikutnya adalah menaikkan gaji pegawai negeri sipil (PNS). Dia mencontohkan seperti di era Presiden Gus Dur di mana gaji PNS naik 125%. Itu bakal memacu pertumbuhan ekonomi karena daya beli meningkat.

Berikutnya dengan memperluas lahan pertanian, yaitu jagung 1 juta hektar, dan tebu 500 ribu hektar. Selanjutnya meningkatkan kesejahteraan petani.

Selanjutnya adalah dengan mendorong pertumbuhan pembangunan publik housing. Itu akan memacu pertumbuhan ekonomi. Pasalnya pembangunan perumahan ini akan meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat. Dia mencontohkan Amerika Serikat (AS) dalam hal ini.


Tim kampanye nasional (TKN) menilai kritikan Prabowo Subianto tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai bentuk sikap yang tidak menghargai kerja keras bangsanya sendiri.

"Kata ndasmu yang digunakan Prabowo ketika meres[on ekonomi tumbuh 5%, jelas narasi yang bukan hanya merendahkan Jokowi, tapi juga kerja keras bangsanya sendiri," kata Juru Bicara TKN Ace Hasan Syadzily saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Senin (8/4/2019).

Menurut Ace, Prabowo Subianto seharusnya bisa lebih terbuka lagi wawasannya jika mau bergaul dengan para ekonom yang benar. Sehingga bisa mengetahui bahwa capaian 5% di tengah ketidakpastian global itu merupakan hal yang perlu diapresiasi.

Lebih lanjut Ace mengungkapkan, Prabowo Subianto yang merupakan calon Kepala Negara ini justru memunculkan sikap pesimisme terhadap perekonomian nasional.

Selanjutnya, Ace mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi juga tidak pernah puas dengan perekonomian Indonesia yang tumbuh di level 5%. Meskipun dunia internasional banyak yang mengapresiasi.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitanmenyebut pertumbuhan ekonomisebesar 5% merupakan angka yang baik. Klaim itu bukan hanya diakui pemerintah, tapi semua orang.

Luhut pun kemudian menilai pihak yang melontarkan pernyataan 'ndasmu' sebagai sebutan yang kasar.

"Kalau dibilang 5% baik, bukan kita aja yang bilang, semua dunia bilang baik, kalau dibilang 'ndasmu', aneh juga. Kok kasar begitu? Nggak sesederhana itu ngatur pemerintahan," katanya di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (8/4/2019).

Luhut mulanya tak menyebut nama pihak yang mengeluarkan pernyataan 'ndasmu'. Namun, saat disinggung pernyataan calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto, dia kembali mengatakan, pernyataan baik berasal dari semua orang. Apalagi, lanjutnya, di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu.

Luhut menambahkan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga dinilai kredibel.


Hide Ads