Ekonomi RI dan Inflasi Rendah Jadi Senjata Jokowi di Debat Terakhir

Ekonomi RI dan Inflasi Rendah Jadi Senjata Jokowi di Debat Terakhir

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 11 Apr 2019 11:20 WIB
Foto: Edi Wahyono
Jakarta - Debat capres-cawapres terakhir akan digelar pada 13 April. Kedua pasangan akan bertarung strategi mengenai ekonomi, kesejahteraan sosial, investasi dan keuangan, serta perdagangan dan industri.

Khusus capres petahana, menurut Chief Economist Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengatakan, capaian-capaian kinerja pemerintahan kabinet kerja akan menjadi senjata pamungkas dalam debat sesi terakhir itu.

Dia mencontohkan, seperti pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, hingga tingkat inflasi yang berhasil terjaga di level rendah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau petahana, apa yang sudah ada sekarang harus dilanjutkan," kata Lana saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Kamis (11/4/2019).

Lana menyebut, pembangunan infrastruktur yang masif masih perlu dilanjutkan agar konektivitas antar wilayah semakin membaik. Mengenai pertumbuhan ekonomi, kata Lana, memang bergerak stagnan di level 5%. Namun, angka tersebut masih bagus jika dibandingkan dengan negara G20.


Dengan ekonomi di 5,17% pada 2018, kata Lana, mengantarkan Indonesia ada di peringkat ketiga, setelah India dan China. Angka tersebut pun berhasil dipertahankan di tengah ketidakpastian ekonomi global.

"Kekuatan Pak Jokowi itu inflasi stabil 3%, selama 4 tahun berturut-turut. Jarang terjadi. Itu bisa dimunculkan sebagai kekuatan," jelas dia.

Hanya saja, Lana mengingatkan bahwa pemerintah kabinet kerja masih memiliki banyak persoalan yang perlu dikritisi oleh pasangan capres dan cawapres nomor urut 02. Salah satunya adalah mengenai kegiatan impor.

"Ketahanan energi, kita masih impor minyak seiring mobilitas ekonomi meningkat, kalau ekonomi tumbuh maka impor akan ningkat," kata Lana.




Tonton juga video Jokowi: Jangan Mengorbankan Ukuwah Gara-gara Pilpres:

[Gambas:Video 20detik]

(hek/fdl)

Hide Ads