"Kebijakan fiskal itu memiliki prinsip, seperti subsidi dibebankan ke Pertamina dan PLN. Sebenarnya itu tidak ada pada teori fiskal," ujar Dosen sekaligus Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Anggito Abimanyu usai launching buku Menyimak Turbulensi Ekonomi: Pengalaman Empiris Indonesia di PPM Manajemen, Jakarta, Senin (15/4/2019).
Dia menambahkan, perusahaan yang menerima penugasan untuk menyalurkan BBM juga terbebani. Dalam hal ini PT Pertamina (Persero) menanggung beban tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Anggito, subsidi dalam sebuah negara hanya salah satu penyebab terjadinya guncangan ekonomi. Selain itu kebijakan populis pemerintahan ini juga dapat memicu guncangan, misalnya gaji ke-13 untuk pegawai negeri sipil (PNS) yang harus dibayar tepat waktu yakni Juni-Juli akan mengganggu likuiditas negara.
"Gaji ke-13 dibayarnya sekarang, harusnya Juni-Juli. Ini akan ganggu likuiditas. Jika tak hati hati atau tak ada mitigasinya, bisa bahaya," imbuh dia.
Tonton juga video Pak Jokowi, Harga BBM di Madapolo Mencekik Nelayan:
(kil/ara)