Sementara, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,0-5,4%, IMF 5,2%, dan ADB 5,2%.
"Saya pribadi, saya tidak mewakili lembaga apa pun, saya pribadi memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini berkisar 5,1 sampai 5,2%," ujar pria yang akrab disapa CT itu dalam acara Gala Dinner 50th Anniversary Bank Mega & Economic Outlook di Jakarta, Kamis (25/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merespons target pemerintah pertumbuhan ekonomi tahun depan di kisaran 5,6%, Menurut CT, itu bisa terjadi atau tidak terjadi. Alasannya selama ini pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah potensi yang ada.
"Karena selama ini kita tumbuh di bawah potensi yang ada. Potensi kita memungkinkan kita tumbuh jauh lebih tinggi dan besar lagi, tapi harus melakukan hal yang jauh lebih baik dari pada apa dari kita lakukan selama ini," ujarnya.
Selanjutnya, CT memperkirakan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah tahun ini di kisaran Rp 13.800 hingga Rp 14.500/US$. APBN tahun ini sendiri dipatok pada angka Rp 15.000/US$.
Sebagai pembanding, JP Morgan memperkirakan di kisaran Rp 14.500/US$ dan Maybank Rp 14.700-14.900/US$.
"Kenapa nggak bisa lebih kuat? Seperti saya katakan tadi, Amerika masih akan menguat ekonominya, artinya dolar masih strong. Jangan lupa, mata uang refleksi aktivitas ekonominya," tutur CT. (hns/hns)