Jakarta -
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan mengenai perannya sebagai pengelola keuangan negara era Susilo Bambang (SBY) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Di era SBY, dirinya menggantikan Yusuf Anwar dan sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bappenas. Di era Jokowi, dirinya pun kembali menggantikan Bambang Brodjonegoro dan sebelumnya menjabat Direktur Pelaksana Bank Dunia.
Bagaimana cerita menjadi menteri keuangan di era SBY dan Jokowi, apakah berbeda, atau sama saja? Simak selengkapnya di sini:
Dia mengaku keduanya memiliki kesan yang sama. Saat menjadi anak buah SBY dan Jokowi, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengaku memiliki tantangan yang berbeda.
"Dua-duanya saya belajar cukup banyak. Sebetulnya sebagai seseorang yang bekerja dan kita selalu tahu kalau yang kita kerjakan itu sangat penting bagi negara dan bangsa," kata Sri Mulyani saat Blak-blakan dengan detikcom, Jakarta, Senin (29/4/2019).
Pada era SBY, tantangan yang dihadapi dirinya sebagai Menteri Keuangan adalah tingginya harga minyak dunia yang membuat dirinya sebagai penjaga keuangan negara harus cepat-cepat menyesuaikan APBN.
Penyesuaian dilakukan pada harga bahan bakar minyak (BBM) dan pemerintah harus segera mengimplementasikan program bantuan langsung tunai (BLT) demi menjaga pengeluaran masyarakat.
Sementara era Presiden Jokowi, wanita yang akrab disapa Ani ini menyebut tantangannya pun berubah. Kali ini, harga minyak mentah terjun payung dari yang sebelumnya meroket.
Yang membedakan, pengakuan Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini adalah mengenai pemanfaatan media sosial. Waktu era SBY penggunaan media sosial masih terbatas, sedangkan era Jokowi sangat termanfaatkan dengan baik dalam memperlihatkan kesibukannya sebagai Menteri Keuangan.
Meski demikian, wanita kelahiran Tanjung Karang, Lampung ini mengaku kedua Kepala Negara telah memberikan kesempatan untuk belajar banyak hal.
Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) menang pemilu berdasarkan hitungan cepat atau quick count dari beberapa lembaga survei. Jokowi unggul dan berpotensi melanjutkan kepemimpinannya menjadi Kepala Negara.
Lantas, apakah hal itu akan diikuti juga dengan para menteri kabinet kerja di periode pertama?
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun tidak menjawab secara gamblang terkait ingin atau tidaknya melanjutkan pekerjaannya sebagai pengelola keuangan negara.
"Saya kalau bekerja itu pasti dengan usaha dan keyakinan," kata Sri Mulyani saat Blak-blakan dengan detikcom, Jakarta, Senin (29/4/2019).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menjelaskan jabatan sebagai menteri merupakan pekerjaan yang sangat penting dan tidak mudah. Apalagi, para menteri harus bisa merealisasikan semua program yang dijanjikan para capres terpilih.
Oleh karena itu, wanita yang akrab disapa Ani ini akan tetap mendukung sekaligus mendoakan pemerintahan periode 2019-2024 agar bisa bekerja dengan baik.
Sri Mulyani Indrawati sempat dijuluki oleh Menteri Pencetak Utang oleh Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto. Sri Mulyani menganggap itu sebuah ejekan.
Menurut dia, tidak ada penghargaan seperti itu dan dirinya pun mempertanyakan apakah diperbolehkan memberikan penghargaan seperti itu.
"Memang boleh memberikan gelar seperti itu, itu bukan gelar, itu ngeledek tapi kalau gelar saya dapat banyak yang lain," kata Sri Mulyani saat Blak-blakan dengan detikcom, Jakarta, Senin (29/4/2019).
Meski diledek seperti itu, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengaku tidak marah dan menganggap hal itu dengan biasa saja. Sebab, dirinya mengetahui apa yang sudah dikerjakan sebagai menteri keuangan.
"Kalau mengenai posisi orang bekerja di dunia ini pasti ada yang senang ada yang tidak, tapi ya sudahlah tidak usah dibawa masuk ke hati," ujar dia.
Dia pun menjawab segala bentuk persepsi negatif tersebut dengan beberapa penghargaan yang berasal dari banyak lembaga, bahkan diakui oleh dunia.
Halaman Selanjutnya
Halaman