Perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju dan pusat ekonomi memberikan pengaruh juga atas banyak negara. Tapi tidak dengan Indonesia.
Indonesia tahun lalu ekonominya mampu tumbuh 5,17%. Inflasi terkendali, angka pengangguran terendah, dan investasi tumbuh cukup solid. Namun apakah itu berarti perekonomian Indonesia kuat sehingga mampu menahan badai gejolak ekonomi global?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan mengatakan Indonesia tak ikut terguncang lantaran ekspor Indonesia yang masih sangat kecil. Sehingga gejolak apapun imbasnya tidak akan terlalu besar ke Indonesia.
Baca juga: Ibu Kota Jadi Pindah Nggak Sih, Pak Darmin? |
"Ekspor memang secara natural hanya menyumbang 21% dari PDB. Ini kecil dibanding negara lain misalnya Singapura sampai 153% dari PDB-nya, Malaysia juga tinggi. Negara seperti itu yang sangat bergantung ekspor sayang sekali tidak berada dalam posisi diuntungkan saat global melambat," ujarnya di Sampoerna Strategic, Jakarta, Kamis (2/5/2019).
Bagi ekonomi Indonesia, kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan masih kecil. Paling besar mesin ekonomi RI masih ditopang oleh konsumsi yang mencapai 56% dan kemudian investasi.
Dengan begitu, beruntung bagi Indonesia ketika global bergejolak yang menurunkan kinerja ekspor banyak negara, bagi Indonesia tak begitu berpengaruh. Alhasil ekonomi RI masih bisa tumbuh di atas 5%.
Meski begitu ekspor masih menjadi PR yang belum diselesaikan oleh pemerintah. Hal itu juga tercermin dari masih defisitnya neraca perdagangan Indonesia. Padahal itu menjadi faktor bagi ketahanan nilai tukar juga.