Arif mengatakan, selama tiga bulan pertama bahan pangan tercatat mengalami deflasi dengan rata-rata sebesar 0,07%. Terlebih pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I/2019 yakni sebesar 5,07%.
"Jangan sampai pertumbuhan ekonomi yang sudah baik ini terganggu karena inflasi bahan makanan yang naik. Pemerintah harus kembali mengoreksi dan menyelesaikan apa yang terjadi di lapangan sehingga harga pangan bisa dapat terkendali," ujarnya, dalam keterangan tertulis, Senin (6/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentunya kita semua berharap pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh lebih tinggi lagi. Untuk bisa mencapai itu semua, daya beli masyarakat harus tetap terjadi melalui inflasi yang terkendali," ucap Arif.
Selain inflasi, momentum pertumbuhan ekonomi yang baik juga bisa menjadi terganggu apabila dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat. Saat ini, dolar AS terpantau menguat karena adanya sentimen dari internal dan eksternal.
Arif menjelaskan sentimen dari dalam negeri yang membuat dolar AS terapresiasi adalah neraca dagang yang belum ada perbaikan dan current account yang juga masih negatif.
Sementara itu, faktor eksternalnya ialah kondisi ekonomi AS yang membaik dan melebihi ekspektasi. Selain itu, belum pastinya kesepakatan dagang antara China dengan AS membuat investor ramai-ramai mencari safe haven.
"Ini semua menjadi perlu diperhatikan. Faktor-faktor apa saja yang dapat mengganggu perekonomian nasional harus terus dicarikan solusinya dan diupayakan melalui kebijakan-kebijakan yang strategis," jelas Arif.