Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Laksono W. Widodo menjelaskan, protokol krisis dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sehari perdagangan anjlok hingga 2%, BEI mulai melototi pasar.
"Protokol krisis biasanya kita mulai watch market apabila dalam sehari mulai turun lebih dari 2%," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Senin (20/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk memastikan protokol krisis khususnya sistem auto hold bisa dilakukan, BEI pun sudah melakukan uji coba. Sehingga jika dibutuhkan tiba-tiba sistem itu bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
"Auto hold hari Sabtu kemarin sudah mulai dicoba, test di antara anggota bursa dan IDX dan berjalan dengan baik. Jadi kita juga mempersiapkan itu," terangnya.
Baca juga: Dolar AS Kembali Dekati Rp 14.500 |
Meski begitu, auto hold masih jauh untuk digunakan. Jika dilihat, IHSG perharinya belum mengalami pelemahan hingga 10%.
"Tidak ada di dunia yang protokol yang 1% turun market musti ditutup. Market jangan terlalu banyak kekangan nanti tidak ada yang mau investasi di Indonesia karena terlalu banyak dikekang. Jadi menurut saya hal ini kondisi yang masih dalam kondisi batas-batas wajar," tekannya.