Pengusaha Logistik Pusing Kiriman Barang Terganggu Aksi 22 Mei

Pengusaha Logistik Pusing Kiriman Barang Terganggu Aksi 22 Mei

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Kamis, 23 Mei 2019 07:12 WIB
1.

Pengusaha Logistik Pusing Kiriman Barang Terganggu Aksi 22 Mei

Pengusaha Logistik Pusing Kiriman Barang Terganggu Aksi 22 Mei
Foto: Kehadiran Marinir TNI AL dan polisi di lokasi. (Ibnu Haryanto/detikcom)
Jakarta - Berlangsungnya aksi 22 Mei berimbas ke sektor logistik. Adanya massa dan sejumlah jalan ditutup membuat pengiriman barang terkendala.

Akibatnya pengiriman barang ke tujuan terganggu. Bahkan diperkirakan terlambat sampai ke tujuan.

Berikut berita selengkapnya dirangkum detikFinance, Kamis (23/4/2019).
Ketua Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita mengatakan aksi tersebut berdampak pada pengiriman barang di dalam kota Jakarta. Terlebih lagi, saat ini sedang banyak barang yang harus dikirim dari toko online.

"Aksi 22 Mei berdampak pada pengiriman dalam kota Jakarta terutama untuk last mile delivery. Padahal pengiriman kurir untuk e-commerce sedang peak pada minggu ini, karena minggu depan sudah masa liburan," katanya kepada detikFinance, Rabu (22/5/2019).

Ia menambahkan banyak pelapak di e-commerce yang kecewa dengan aksi ini. Pasalnya, produk yang mereka jual juga ikut terkena imbasnya karena lebih lama sampai ke pembeli.

"Banyak UKM e-commerce yang kecewa karena masa panen mereka terganggu karena aksi 22 Mei ini," ujarnya.

Dengan demikian tidak menutup kemungkinan barang yang harus dikirimkan ke lokasi yang dekat aksi 22 Mei terlambat sampai. Penyedia jasa logistik memilih menunggu situasi kondusif.

"Menunggu sampai demo mereda karena pihak penerima juga susah untuk datang mengambil paketnya untuk ke luar rumah dan banyak kantor yang tutup yang membuat kiriman paket jadi menumpuk tidak bisa dikirim," tuturnya.

Zaldy berharap aksi ini tak terulang lagi di kemudian hari. Pasalnya, pekan depan kendaraan logistik sudah dibatasi.

"Harapannya hari ini adalah demo terakhir karena untuk logistik minggu ini adalah minggu terakhir untuk melayani kebutuhan Lebaran. Minggu depan sudah masa liburan dan larangan truk mulai berlaku," katanya.

Berlangsungnya aksi 22 Mei berdampak ke usaha logistik. Perusahaan logistik, JNE juga mengalami kendala untuk melakan pengiriman barang ke area terdampak aksi.

"Sampai saat ini kegiatan operasional JNE, baik pick up mau pun delivery, masih berjalan normal dan lancar kecuali ke beberapa area yang mengalami penutupan oleh pihak yang berwenang," kata VP of Marketing JNE Eri Palgunadi dalam keterangannya, Rabu (22/5/2019).

Volume pengiriman barang juga masih terbilang normal. Operasional JNE pun masih berjalan aman.

"Jumlah pengiriman pun masih normal, karena lokasi terjadinya aksi penyampaian aspirasi oleh massa hanya di titik-titik tertentu atau tidak luas, sehingga sampai saat ini belum ada kerugiaan yang JNE alami," ujarnya.

JNE juga menyiapkan sejumlah strategi dalam menghadapi situasi terkini. JNE mengirimkan barang ke lokasi terdampak aksi sampai situasi kondusif. Bahkan pengiriman barang juga dilakukan melalui jalur alternatif terdekat dan aman.

"JNE melakukan pengaturan waktu pengantaran dengan menunggu situasi kondusif di mana jalur yang ditutup oleh pihak kepolisian telah dibuka kembali, sehingga bisa dilewati petugas delivery," tuturnya.


Aksi massa yang terjadi di kawasan Thamrin, Tanah Abang dan sekitar ternyata menjadi duka bagi pengusaha jasa pengiriman. Pasalnya, mereka tidak bisa mengirim barang lantaran toko-toko di kawasan tersebut tutup.

Padahal, jelang Lebaran seharusnya masa panen bagi pengusaha jasa pengiriman barang karena order meningkat. Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kyatmaja Lookman mengatakan perusahaan jasa pengiriman di Tanah Abang dan sekitarnya tidak ada yang beroperasi seiring toko-toko yang tutup

"Ya perusahaan angkutan sekitar sana tutup. Takut barang konsumennya kenapa-kenapa," katanya kepada detikFinance, Rabu (22/5/2019).

Kyatmaja tak bisa memastikan jumlah perusahaan ekspedisi yang berada di kawasan tersebut. Yang pasti, katanya, relatif banyak.

"Saya nggak tahu pastinya, tapi cukup banyak ekspedisi di sana," sambungnya.

Tutupnya pertokoan serta berhentinya operasi usaha membuat pesanan barang telat tiba ke konsumen. Bukan itu saja, situasi ini menjadi beban bagi pengusaha karena harus membayar tunjangan hari raya (THR) pekerja.

"Pengusaha mesti bayar THR, kasihan karyawannya juga kalau ada unjuk rasa seperti ini," imbuhnya.

Dia pun berharap aksi 22 Mei ini segera berakhir, sebab saat inilah pengusaha dan karyawan untuk mendapat rezeki lebih.

"Padahal ini waktu-waktunya, sebelum Lebaran," terangnya.

Hide Ads