Meski begitu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Roeslani menilai saat ini investor tak mengambil langkah tersebut. Sebab, kata Rosan, kondisi ini hanya bersifat sementara.
"Kalau wait and see saya bilang tidak. Tapi kalau demand-nya lagi flat pasti kan ekonomi juga agak datar. Ini bukan masalah wait and see. Kita meyakini bahwa yang kemarin itu sifatnya hanya sebentar dan temporary," tutur Rosan dalam acara buka puasa bersama Kadin, di Jakarta, Jumat (24/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Investasi kalau masuk ke Indonesia itu pasti feel-nya itu long term. Nggak mungkin dia jangka pendek," kata Rosan.
Baca juga: Horee! Pasar Tanah Abang Kembali Beroperasi |
Lalu, ia mengatakan Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi yang menarik. Sebab, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dalam taraf yang baik, yakni selalu di atas 5%.
"Secara fundamental kan pertumbuhan kita baik, selalu di atas 5%. Jadi itu tetap membuat kita menjadi negara yang sangat menarik untuk mereka berinvestasi," ungkap dia.
Ia memaparkan, hal yang harus diatasi agar investor berbondong-bondong menanam modalnya ke Indonesia adalah reformasi. Kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan investasi harus diperbaiki agar dapat bersaing dengan negara lain.
"Tapi kembali lagi kita bersaing ke negara-negara lain. Jadi negara lain itu keep reforming. Makanya kita juga harus keep reforming. Kebijakan-kebijakannya, semua itu harus serba terukur dan terstruktur. Dan tidak ada hal yang grey area. Nah itu yang lebih diharapkan sebenarnya oleh para investor yang masuk ke Indonesia," terangnya.
Sebelumnya, Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, kisruh 22 Mei kemarin memberi dampak negatif terhadap investasi.
"Risiko politik yang meningkat membuat persepsi investor menurun terhadap iklim investasi di Indonesia," ungkap Bhima ketika dihubungi detikFinance, Rabu (22/5/2019).