-
Para pedagang di sekitar lokasi Aksi 22 Mei dihantui kekhawatiran adanya demo lanjutan. Ada yang memilih untuk tidak berjualan dulu, ada pula yang terpaksa mulai berdagang walaupun dihantui kecemasan.
Para pedagang belum bisa melupakan kericuhan demo yang dipicu oleh provokator. Alhasil demo yang seharusnya berjalan damai, berujung rusuh. Pedagang pun terkena imbasnya. Ada yang barangnya dijarah, adapula yang dirusak.
Herdi misalnya, pria 24 tahun asal Bogor, belum berani membuka tokonya lantaran masih dibayang-bayangi kerusuhan demo 22 Mei. Dia mendapat kabar akan adanya demo lanjutan. Posisi warungnya sendiri ada di Jalan Sabang, Jakarta Pusat, satu area dengan lokasi demo.
"Rencananya sih hari ini mau buka cuma dengar kabar katanya mau ada susulan nggak tahu benar nggak tahu enggak, ini paling mah beres-beres dulu," kata dia kepada detikFinance saat sedang melihat kondisi tempatnya berjualan, Jumat (24/5/2019).
Dia merasa khawatir bila benar terjadi demo lanjutan itu akan berujung ricuh seperti 21-22 Mei, yang diketahui berakibat menelan korban jiwa.
Sementara Agung, pengelola Warung Sate Kambing Jaya Agung memilih tetap buka walaupun mengaku masih ada kekhawatiran mengenai demo lanjutan. Posisi warungnya tepat berhadapan dengan pusat perbelanjaan Sarinah yang juga jadi korban keganasan demo 22 Mei.
Mau tak mau dia harus tetap buka demi meraih rezeki. Tentunya dengan mengambil risiko bila benar terjadi demo lanjutan.
"Ya khawatir sih pasti ya, cuma gimana gitu, kita mata pencahariannya di sini. Banyak yang bergantung sama kita. Terus juga banyakan langganan di sini juga nyari. Ya sudah kita ambil sedikit risiko saja," ujarnya.
Kisah pilu datang dari seorang pedagang minuman dan jus buah di jalan Sabang akibat aksi 22 Mei yang berlangsung ricuh. Herdi pemilik warung tersebut kehilangan barang dagangannya karena dijarah oleh massa yang rusuh dalam demo.
Dia menceritakan, botol minuman yang jadi barang dagangannya habis tak tersisa dijarah pelaku demo untuk aksi lempar-lemparan ke aparat yang mengamankan demo.
"Kan di sini kan ada botol-botol itu ya, botol kosong minuman diambilin semua buat lempar-lempar," kata dia kepada detikFinancesaat sedang melihat kondisi tempatnya berjualan, Jumat (24/5/2019).
Dia masih bersyukur karena hanya botol-botol minumannya saja yang raib tak tersisa diambil oleh massa.
Beruntungnya dia tak menaruh uang di warungnya saat kejadian. Dengan demikian tak ada uang yang hilang dijarah.
"Nggak nyimpan uang di sini, kalau uang nggak ada yang hilang, Alhamdulillah," sebutnya.
Agung, pengelola warung sate tersebut memperkirakan pelanggannya hari ini masih sepi imbas kondisi yang dikhawatirkan belum kondusif pasca aksi 22 Mei. Dia pun baru berjualan kembali setelah tutup dua hari pada 22-23 Mei.
Masih sepinya pembeli hari ini, menurutnya karena masih ada masyarakat yang takut datang, ditambah masih ada kantor yang tutup. Padahal konsumennya cukup banyak berasal dari perkantoran.
"Iya, faktor satu (pembeli) takut, dan kedua ada beberapa kantor yang diliburkan karena isu itu," kata dia saat berbincang dengan detikFinancedi warungnya, Jumat (24/5/2019).
Agung juga mengenang kejadian saat demo berlangsung ricuh, barang-barang miliknya ikut menjadi korban. Misalnya saja tenda dan meja tempatnya berjualan yang habis dibakar massa.
"Tenda dibakar nggak nyisa, sama tiga meja," jelasnya.
Tenda dan meja itu biasa dia taruh di depan warungnya untuk menampung pembeli yang mau makan jika jumlah pengunjung di dalam warung penuh.
"(Dengan barang rusak total kerugiannya) mungkin puluhan juta," tambahnya.