Ramai-ramai PO Naikkan Tarif Bus Jelang Mudik

Ramai-ramai PO Naikkan Tarif Bus Jelang Mudik

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 29 Mei 2019 09:46 WIB
Ramai-ramai PO Naikkan Tarif Bus Jelang Mudik
Foto: Herdi Alif Al Hikam
Jakarta - Jelang lebaran bus antar kota antar provinsi (AKAP) mulai dilirik masyarakat untuk bermudik. Bus menjadi salah satu andalan banyak masyarakat untuk mudik.

Musim mudik sendiri dijadikan para pengusaha otobus (PO) untuk mendulang keuntungan dengan menaikkan harga. Jelang lebaran, bus-bus pun mengambil kesempatan, bukan karena hanya naiknya jumlah penumpang saja, namun juga naiknya harga tiket.

Seperti di Terminal Kampung Rambutan, hampir semua perusahaan otobus (PO) mulai menaikkan tarif di musim mudik ini. Bagaimana informasi selengkapnya, simak informasi yang dirangkum detikFinance, klik halaman berikutnya.
PO bus mulai memasang tuslah pada tarif tiket busnya masing-masing. Akibatnya, jelang mudik tiket bus menjadi naik.

Salah satunya PO Harta Sanjaya yang berada di Terminal Bus AKAP Kampung Rambutan, Jakarta. Sejak tanggal 26 Mei 2019, pihak penyedia bus lintas Pulau Jawa ini menerapkan tuslah di kisaran 50% dari tarif hari biasa.

"Kisaran 50% lebih naiknya, h-10 kita sudah mulai naikkan. Kaya ke Solo-Semarang aja dari harga Rp 250 000an, sekarang Rp 395 000," kata Oyo salah satu petugas tiket PO Harta Sanjaya, di Terminal Kampung Rambutan, Selasa (28/5/2019).

Selain Oyo, ada juga Sofyan dari PO Sempati Star yang mengakui pihaknya memberikan tuslah untuk tarif mudik lebaran pada busnya. Dia pun mengakui sama-sama menaikkan harga hingga 50% lebih dari hari biasa.

"Buat harganya ya hampir 50% lebih naiknya. Semakin dekat lebaran semakin tinggi, belum lagi kita eksekutif kan jadi fasilitas harus bagus nggak bisa kalau bayar murah," tutur Sofyan.

Sofyan mencontohkan dari Jakarta ke Medan biasanya tiket hanya Rp 600 000, setelah diterapkan tuslah harganya naik jadi Rp 900 000.

"Medan itu contohnya kena naik 50%, dari Rp 600 000 jadi Rp 900 000," kata Sofyan.

Berikut ini kisaran harga tiket bus yang dihimpun detikFinance di Terminal Bus AKAP Kampung Rambutan, baik sebelum maupun sesudah kena tuslah yang banyak menerapkan di kisaran 50% keatas.

Sebelum tuslah:
Jakarta - Tegal, Rp 125.000 - Rp 150 .000
Jakarta - Solo, Rp 200.000 - Rp 250.000
Jakarta - Malang, Rp 305.000 - Rp 325.000
Jakarta - Surabaya, Rp 270.000 - Rp 300.000
Jakarta - Riau, Rp 500.000 - 525.000
Jakarta - Medan, Rp 600.000 - 625.000

Sesudah tuslah:
Jakarta - Tegal, Rp 250.000 - 295.000
Jakarta - Solo, Rp 395.000 - 450.000
Jakarta - Malang, Rp 495.000 - 550.000
Jakarta - Surabaya, Rp 500.000 - 525.000
Jakarta - Riau, Rp 725.000 - 750.000
Jakarta - Medan, Rp 875.000 - Rp 900.000

Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi menjelaskan bahwa memang para PO diberikan kesempatan untuk menaikkan harga. Bus dengan kelas ekonomi sendiri menurut Budi diatur dalam Peraturan Menteri no 36 tahun 2017 pengaturan tarifnya.

Budi menjelaskan di dalam aturan tersebut bus ekonomi diberikan tarit batas atas dan tarif batas bawah. Jadi, menurut Budi jelang lebaran para PO diizinkan menaikkan tarifnya di sekitar batas atas besarannya.

"Kalau bus itu kan gini ya kalau bus yang ekonomi itu kan ada tarif batas atas dan bawah ya PM no 36 tahun 2017, nah kalau momentum lebaran gini akan dimainkan itu ama mereka harga batas atasnya," kata Budi kepada detikFinance, Selasa (28/5/2019).

Menurutnya bagi bus ekonomi dipersilakan untuk menaikkan tarif, asalkan para PO masih menaikkan di bawah tarif batas atas.

"Asalkan mereka itu tetap main di bawah batas tarif atas," kata Budi.

Sedangkan bus eksekutif menurut Budi tidak diatur oleh pemerintah, keseluruhan tarif diatur lewat skema pasar. Para PO menurut Budi berlomba memberikan fasilitas yang baik sesuai dengan tarif yang ditawarkan.

"Kalau yang eksekutif itu tidak diatur oleh kita tapi mereka sendiri yang ngatur, mereka akan kasih banyak fasilitas itu biar dilirik. Tapi kalau harganya kemahalan pun kan nanti juga masyarakatnya yang pilih," kata Budi.

Berapapun besaran tuslah saat mudik pada bus eksekutif, menurut Budi bebas dan sah-sah saja. Dia kembali menjelaskan pihaknya tidak mengatur tarif yang ada pada bus eksekutif.

"Kalau misalnya busnya kemahalan ya masyarakat tau cari yang lain. Kita ya nggak ngatur memang sah-sah aja mau berapapun naikkannya," kata Budi.

Sebelumnya, dari pantauan detikFinance sendiri beberapa PO di Terminal Bus AKAP Kampung Rambutan telah menerapkan tuslah pada tarif busnya. Hampir semua bus di Kampung Rambutan sendiri merupakan bus eksekutif, hal tersebut pun dibenarkan oleh Kepala Satuan Layanan Terminal Kampung Rambutan, Thofik Winanto.

"Ya soal tarif memang kalau ekonomi kan diatur ya. Cuma disini kebanyakan memang eksekutif busnya, AC dan fasilitasnya banyak," kata Thofik.

Bukan cuma naiknya harga saja, penumpang bus tahun ini digadang naik signifikan oleh berbagai pihak. Tak terkecuali para pelaku usahanya sendiri, bermacam PO memprediksi armadanya akan jadi primadona tahun ini di Indonesia.

Para pengusaha bus dinilai akan tertiban 'durian runtuh' pada musim mudik tahun ini. Pasalnya, tiket pesawat yang beberapa bulan mengalami kisruh karena tarifnya tinggi membuat pemudik banyak yang beralih ke jalur darat.

Khususnya daerah Sumatera bagian utara, seperti yang dituturkan Sofyan seorang operator tiket PO Sempati Star di Terminal Bus AKAP Kampung Rambutan, Jakarta, menurutnya pemudik ke arah Pulau Sumatera akan bertambah jumlahnya karena naiknya harga tiket pesawat. Bahkan Sofyan memprediksi kenaikannya bisa mencapai 50%.

"Kalau dari rata-rata tahun lalu naik penumpang, apalagi tiket pesawat mahal kan. Nggak banyak sih, cuma ada prediksi kita kenaikan nggak sampe dua kali lipat, 30 - 50 % lah," kata Sofyan di Terminal Bus AKAP Kampung Rambutan.

Bukan hanya Sofyan, Oyo seorang penjaga loket PO Harta Sanjaya menyebutkan pemudik lintas Jawa pun akan cukup bertambah tahun ini. Meskipun tidak sebanyak prediksi Sofyan pada Pulau Sumatera, tapi Oyo yakin kenaikannya cukup signifikan.

"Kalau pesawat mahal otomatis ke darat, kereta api juga udah habis tiketnya. Mudah-mudahan Insya Allah naik, 20% lah naik penumpangnya," kata Oyo.

Meskipun banyak yang mengeluarkan sinyal positif akan kenaikannya penumpang. Namun, berbeda dengan yang diungkapkan oleh Hasan, salah satu petugas loket PO Tispa, Hasan justru tidak melihat akan adanya kenaikan penumpang pada busnya.

"Pengaruhnya ke Medan sama Sumatera Utara aja, Lampung Palembang gini mah nggak ngaruh kita kan cuma sampe Palembang aja. Nggak ada kenaikan penumpang kayanya," kata Hasan

Meskipun naik harganya, bus masih menjadi andalan banyak masyarakat untuk mudik ke kampung halaman. Lantas apa yang menyebabkan masyarakat masih memilih bus sebagai andalan?

Rohman salah satunya pemudik dengan tujuan Palembang ini menyebutkan bahwa keluarganya memilih bus sebagai andalan karena mereka tidak ada kendaraan pribadi. Menurut Rohman, naik bus tarifnya lebih murah, pilihan lainnya kata Rohman hanyalah naik pesawat.

"Saya mudik ke Palembang, mau nggak mau harusnya naik mobil sendiri, pilihan lain ya naik pesawat. Cuma kan jelas bus lebih murah dari pesawat, mendingan bus aja sekalian," kata Rohman di Terminal Bus AKAP Kampung Rambutan.

Meski harga selalu naik jelang lebaran, Rohman tetap saja memilih bus. Biar naik sekalipun, bus dinilai Rohman lebih murah.

"Ya mau naik juga harganya tetap aja mendingan bus kan harganya daripada naik pesawat," kata Rohman.

Ada juga Mirza beserta istrinya yang mengaku baru mencoba bus tahun ini menuju Solo. Mirza memilih bus setelah dirinya gagal mendapatkan tiket kereta api.

"Saya kehabisan tiket ke Solo naik kereta api, mau gimana ya mending naik bus aja deh ya," kata Mirza.

Belum lagi kata Mirza bisa saja busnya sampai tujuan lebih cepat, karena menurutnya bus yang akan dia naiki akan lewat Trans Jawa. Kata Mirza dengan lewat Trans Jawa bisa lebih cepat.

"Iya busnya katanya sih lewat Trans Jawa, bagus deh lebih cepat sampai kali ya. Ya supaya aja, InsyAllah nyaman aman tentram naik bus," kata Mirza.

Hide Ads