Menjadi 'inang-inang' penjual uang pecahan tak selamanya menyenangkan. Meski bisa mendapatkan untung lebih dalam waktu singkat, menjadi 'inang-inang' ternyata juga punya risiko buntung.
Seperti yang disampaikan Irma, seorang 'inang-inang' penyedia jasa penukaran uang receh di kawasan Kota Tua, Jakarta. Dia bercerita pernah sempat seperti dihipnotis saat sedang melayani seorang pembeli. Yang harusnya mendaptkan untung, dia malah tekor Rp 1 juta karena memberi lebih banyak.
"Saya sudah mau nangis waktu itu," katanya kepada detikFinance, Rabu (29/5).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi waktu itu saya nggak sampai teriak copet," katanya.
Selain itu, para 'inang-inang' yang berjualan uang receh tersebut juga beresiko mendapatkan uang palsu dari pelanggan. Hal ini kata dia sempat dialami salah seorang rekan kerjanya tahun lalu.
"Teman kita ada yang dapat uang palsu," katanya.
Irma sendiri menjamin uang receh yang ditawarkannya adalah uang asli. Dia bilang, selama uang yang ditawarkannya adalah uang asli, maka tak ada kekhawatiran baginya untuk menawarkan jasa penukaran uang tersebut.
Meski demikian, dia juga menikmati pekerjaan sebagai 'inang-inang'. Buktinya, pekerjaan ini sudah dilakoninya dalam 20 tahun hingga kini dia telah memiliki empat orang cucu.
"Kalau kita untung, itu lah sukanya. Misalnya kita jual 10 juta berapa, dikasih fee Rp 1 juta, nggak ditawar. Itulah sukanya," kata dia. (eds/dna)