Gurita Bisnis Sjamsul Nursalim Tersangka Kasus BLBI

Gurita Bisnis Sjamsul Nursalim Tersangka Kasus BLBI

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 12 Jun 2019 08:32 WIB
Gurita Bisnis Sjamsul Nursalim Tersangka Kasus BLBI
Ilustrasi Sjamsul Nursalim. Foto: Edi Wahyono
Jakarta - Sjamsul Nursalim bersama istrinya Itjih Nursalim tengah menjadi sorotan. Keduanya ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas kasus korupsi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Sjamsul dan Itjih ditetapkan sebagai tersangka selaku pemegang saham BDNI selaku Obligor BLBI kepada BPPN. Total kerugian negara yang dilakukan Sjamsul Nursalim dan istri mencapai Rp 4,58 triliun.

KPK mengaku sudah menyelidiki keduanya sejak Agustus 2013. KPK mengatakan telah mengirim surat untuk penyidikan lebih lanjut, tapi keduanya tidak pernah datang untuk memenuhi panggilan KPK.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sjamsul sendiri dikenal sebagai pengusaha kaya raya. Bahkan dia sempat didapuk sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Bisnisnya bahkan menggurita.

Simak berita lengkapnya di halaman selanjutnya.
Sjamsul sendiri merupakan putra dari penjual karet. Kemudian dia berkembang menjadi pebisnis di beberapa sektor.

Melansir Forbes, Selasa (11/6/2019), bisnis Sjamsul merambah sektor properti, batubara hingga ritel.

Sjamsul tercatat memiliki saham di perusahaan ritel terbesar PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). Perusahaan itu mengoperasikan berbagai merek ternama di Indonesia seperti Zara, Topshop, Steve Madden, Sogo dan merek lainnya.

Sjamsul juga diketahui memiliki perusahaan produsen ban Gajah Tunggal. Perusahaannya itu memproduksi 30% dari ban di Afrika, Asia Tenggara dan pasar Timur Tengah.

Dia juga memiliki bisnis real estate di Singapura dengan memegang saham di Tuan Sing Holdings yang terdaftar di Singapura.

Nama Sjamsul masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes pada 2018 kemarin. Dia menempati urutan ke 36 dalam daftar tersebut.

Menurut perhitungan Forbes total kekayaan Sjamsul mencapai US$ 810 juta atau setara Rp 11,5 triliun (kurs Rp 14.200). Kekayaannya berasal dari bisnisnya yang mencakup properti, batu bara dan sektor ritel.

Sjamsul juga diketahui memiliki perusahaan produsen ban Gajah Tunggal. Perusahaannya itu memproduksi 30% dari ban di Afrika, Asia Tenggara dan pasar Timur Tengah.

Dia juga memiliki bisnis real estate di Singapura dengan memegang saham di Tuan Sing Holdings yang terdaftar di Singapura.

Sjamsul sendiri telah mangkir dalam 3 kali panggilan oleh KPK. KPK juga pernah mengirimkan informasi pemberitahuan dimulainya penyidikan dengan tersangka Sjamsul dan Itjih ke empat alamat.

Empat alamat tersebut terdiri dari 3 alamat di Singapura dan 1 alamat di Indonesia. Ketiga alamat di Singapura adalah The Oxley, Cluny Road, dan alamat kantor pusat dari Giti Tire Pte. Ltd, perusahaan terafiliasi dengan PT Gajah Tunggal Tbk. Sementara alamat di Indonesia adalah rumah di Simprug, Grogol Selatan, Kebayoran Lama.

Lalu bagaimana masihkah Sjamsul mengendalikan Gajah Tunggal?

Melansir CNBC Indonesia nama Sjamsul memang sudah tidak ada lagi dalam struktur pemegang saham perusahaan berkode saham GJTL itu. Per akhir Desember 2018, saham mayoritas GJTL dipegang oleh Denham Pte Ltd sebesar 49,5%, sementara sisanya Compagnie Financiere Michelin sebesar 10%, dan 40,50% sisanya milik investor publik.

Sjamsul diduga masih memegang saham GJTL melalui Denham. Forum Keadilan pada 20 Mei 2017, pernah memberitakan bahwa ketika Gajah Tunggal milik Sjamsul dilego, kabarnya dipakai oleh Denham dan Lightspeed Resources Ltd di Singapura yang berbasis di British Virgin Islands. Pemiliknya juga disebut tak jelas, hantu.

Kepemilikan Denham sebesar 49,51% itu setara dengan kepemilikan 1.724.972.443 saham atau jika dikalikan dengan harga saham GJTL pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Senin ini (10/6/2019) yakni Rp 685/saham, maka nilai kepemilikan saham Denham di GJTL mencapai Rp 1,18 triliun.

KPK juga mengirimkan informasi pemberitahuan pemeriksaan ke alamat kantor pusat dari Giti. Nah, Giti sendiri diketahui merupakan induk dari Denham. Giti Tire secara tidak langsung memiliki 49,7% di GJTL sebagai pemegang saham mayoritas Denham.

Hubungan afiliasi ini juga berkaitan dengan bisnis perusahaan yang saling terkait. Bahkan dari total penjualan GJTL sepanjang 2018, penjualan kepada pelanggan yang melebihi 10% dari jumlah penjualan bersih adalah penjualan kepada Giti Tire Global Trading Pte. Ltd. sebesar 18,59%.

Hide Ads