Seperti beberapa pedagang kaki lima yang tiba-tiba buka lapak dadakan. Asih, Saidah, dan beberapa lainnya mengharapkan aksi dengan pengerahan massa besar terjadi.
Namun, kerumunan massa saja tidak cukup kalau tak ramai. Salah satunya yang terjadi di dekat gedung MK hari ini, meskipun ada kumpulan massa, namun jumlahnya disebut terlalu sedikit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asih membandingkan kerumunan massa hari ini dengan massa saat Aksi Bawaslu 21-22 Mei. Menurutnya, saat itu dia bisa mendapatkan keuntungan hingga hampir Rp 1 juta, namun kini mungkin hanya Rp 500 ribu.
"Iya lah yang 21-22 Mei seharinya saja bisa Rp 500 ribu lebih ya nyaris Rp 1 juta sehari. Yah sekarang mentok-mentok Rp 500 ribu paling," kata Asih.
"Saya sampai ambil stok kopi sachet di rumah," tambahnya.
Seperti Asih, Saidah juga menyatakan hal yang sama, dagangannya lebih laku kalau massanya banyak.
"Massa doang emang nggak cukup, harus ramai juga. Ini sih seratusan orang doang paling," kata Saidah.
Saidah menyebutkan memang massa yang besar membuat repot semua orang. Namun, sebagai pedagang menurutnya keuntungan salah satu hal utama.
"Namanya jualan ya, untung ya yang utama, penghasilan saya kan dari sini. Ya emang repotin orang kalau massanya ramai, cuma kan kita untung," kata Saidah.
![]() |