-
Sidang sengketa Pilpres 2019 pertama telah dimulai sejak kemarin pagi. Beberapa massa pun sempat berdatangan untuk mengawal sidang, meskipun wilayah Gedung Mahkamah Konstitusi telah disterilkan kepolisian.
Beberapa orang pun memanfaatkan kerumunan ini, seperti beberapa pedagang kaki lima yang tiba-tiba buka lapak dadakan.
Ada gula ada semut, pedagang-pedagang ini memanfaatkan situasi yang ada untuk mengejar keuntungan mereka. Seperti apa kisahnya, klik halaman berikutnya.
Salah satunya Asih seorang penjual minuman. Dia mengaku sejak pukul 08.00 WIB telah berada di sekitar Gedung MK.
Asih mengatakan di mana ada kerumunan di situlah rejekinya berada. Asih sumringah tiap mendengar ada kabar adanya pengerahan massa.
"Saya udah dari jam 8 disini nyari dulu tempat buat gelar lapak. Pokoknya kalau ada massa gini rejeki saya dah datang, semangat saya," ucap Asih kepada detikFinance, Jumat (14/6/2019).
Bahkan bukan cuma minuman dingin dan jasa seduh kopi sachetan saja, Asih juga menjajakan rokok hingga mie instan dalam gelas.
"Ya jualan mah jangan tanggung-tanggung, kalau udah kaya gini orang mana yang nggak laper, makanya saya jualan Pop Mie. Rokok juga banyak yang nyari," kata Asih.
Bukan cuma Asih, Saidah juga ikut memanfaatkan massa yang berkerumun ini. Saidah mengatakan momen seperti ini harus selalu dimanfaatkan.
"Belasan tahun saya jualan kopi kayak gini di Jakarta, jelas kalau ada demo-demo begini saya harus jualan. Rejeki nomplok kalau rame," ungkap Saidah.
Saidah mengungkapkan daripada hari biasa dengan adanya momen seperti ini dirinya bisa mengantongi hingga Rp 500 ribu lebih.
"Wah ya gopek (Rp 500 ribu) lebih. Ini sih belum rame ya, tau dah habis salat Jumat," kata Saidah.
Bukan cuma makanan, minuman, hingga rokok, topi juga ikut dijajakan bahkan diburu massa aksi. Seperti Parto, lelaki paruh baya ini tak hentinya berteriak menawarkan dagangannya.
"Sepuluh ribu, sepuluh ribu, satu topi sepuluh ribu," teriak Parto di tengah massa aksi dekat gedung MK, Jumat.
Parto mengaku dagangannya cukup diburu, setidaknya dia memprediksi bisa menjual hingga 50 topi.
"Insyaallah bisa 50-an topi ya, ini kayaknya baru 20-an. Saya kan beli banyak, jadi modalnya murah, kalau nggak abis bisa jual lagi," kata Parto.
Adapun Parto mengaku membeli topinya lusinan.Satulusinnya dia beli dengan harga Rp 60 ribu. Dengan menjual satu topi Rp 10 ribu, dia bisa meraup keuntungan Rp 5000/topi.
"Saya beli lusinan selusin Rp 60 ribu, topinya kan basic nggak mahal jadinya. Apalagi saya beli banyak," kata Parto.
"Satu topi saya untung Rp 5 ribu kalau jual Rp 10 ribu," tambahnya.
Parto mengaku memang jajakan topi tidak semudah minuman, makanan atau rokok. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangatnya.
"Ya emang nggak semudah jualan makanan, minuman, rokok, tapi ya semangat aja saya mah dan teman-teman jualan, rejeki udah diatur," kata Parto.
Parto mengatakan bahwa massa aksi butuh topi untuk lindungi diri dari panas ataupun kalau hujan turun.
"Ya mereka kan kalau kepanasan apa kehujanan nyari topi buat tutupin kepalanya, apa nggak kalau silau kan," kata Parto.
Parto juga sempat berdagang saat aksi 21 dan 22 Mei 2019 di Bawaslu. Dia mengatakan memang massa aksi hari ini sedikit dibanding yang lalu.
"Memang sedikit hari ini massanya, saya kemarin jualan juga pas Bawaslu. Itu ratusan nyampai deh kejual topi saya," sebut Parto.